Geo Energi edisi september indonesia 2013 | Page 24
Laporan Utama
Rudi Rubiandini di restoran Sari Kuring
J
foto :
sarwono /
geo
energi
EDISI 35 / Tahun III / SEPTEMBER 2013
oto -
24
”Sebentar kita lanjutkan dulu,
tanggung,” katanya.
Beberapa tamu undangan sudah
menyeruput teh manis sebagai
menu pembuka puasa, tetapi Rudi
tak kalah asyiknya memaparkan
keberhasilan pemerintah
meningkatkan alokasi gas untuk
domestik.
“Penyaluran gas ke domestik
terus mengalami peningkatan,
dimana pada tahun 2012 meningkat
sebesar 140% dibandingkan tahun
2003,” papar Rudi.
Agaknya Rudi gerah dengan
tuntutan berbagai pihak agar
pengelolaan dan alokasi gas
mencukupi kebutuhan domestik.
Sudah dalam beberapa tahun
terakhir, tuntutan agar ekspor gas
dikurangi dan alokasi domestik
ditambah terus menguat.
Rudi boleh saja bersemangat,
namun presentasi tak fokus lagi,
karena sebagian besar audience
telah melahap makanan berbuka
puasa. Akhirnya Rudi pun menyerah,
“Ok, kita lanjutkan sehabis sholat
maghrib,” katanya.
Di raut wajah Rudi terlihat ada
kesan agak geram menanggapi
tuntutan para pebisnis gas
yang menuntut agar jatah gas
diperbanyak. “Mereka mau jatah gas
banyak, tetapi tidak mau membeli
dengan harga pasar internasional, ya
repot dong. Masa kita mau jual rugi,”
kata dosen teladan Institut Teknologi
F
arum jam di dinding Rumah
Makan Sari Kuring, SCBD
Selasa, 23 Juli 2013 lalu,
sudah menunjukkan pukul
17.50 WIB. Lima menit
lagi, azan maghrib berkumandang,
saatnya berbuka puasa. Rudi
Rubiandini, ketika itu Kepala
Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan
Gas Bumi (SKK Migas), melirik
jam di tangan kanannya. Ia terlihat
agak kemrungsung lantaran waktu
untuk melakukan penjelasan
kepada wartawan sangat mepet.
Di konferensi pers itu, dia memang
datang agak telat.
Entah apa sesungguhya yang
dia rasakan. Tiba-tiba ia mencopot
jas hitamnya. “Ruangan ini ber-AC,
tetapi kok terasa panas ya. Saya
copot saja deh jas ini,” katanya.
Setelah ia meletakkan jas di
sandaran kursi, Rudi kemudian
melanjutkan presentasinya. Kali ini
dengan irama yang agak cepat,
cenderung tergesa-gesa. Bahkan,
ada beberapa halaman yang
dilewati. Mungkin dianggap tidak
penting.
Tak lama berselang, suara azan
mengalun dari pesawat televisi di
ruangan sebelah. Para tamu dan
wartawan pun berteriak “buka,
buka”, mengingatkan Rudi bahwa
waktu berbuka puasa telah tiba.
Namun Rudi tak menghiraukan
azan maghrib. Ia tetap bergeming,
Bandung (ITB) itu. Namun demikian,
Rudi menyatakan perlahan tapi
pasti, jatah gas domestik akan terus
dinaikkan.
Di penutup konferensi pers, Rudi
nyeletuk, “Ini konferensi pers terakhir
saya, ya”. Kalimat itu ia ungkapkan
setengah bercanda.
Bila ada pemeo mengatakan,
mulutmu harimaumu, demikianlah
berlaku bagi Rudi. Dia sungguh
tak menyangka, kalimat itu benarbenar terbukti, tak sampai sebulan
kemudian.
Horor itu datang pada Selasa
malam, 13 Agustus 2013. Menjelang
pergantian hari, kediaman Rudi
di Jalan Brawijaya VII No 8/30,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,
mendadak jadi perhatian.
Petugas Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) tanpa ba bi bu
mencokok Rudi di rumah dinas
itu. Melalui pengintaian petugas
KPK, Rudi disergap dengan
sejumlah barang bukti. Tuduhannya
mengerikan: Rudi menerima suap
dari Kernell Oil, perusahaan jual
beli gas berbasis di Singapura,
namun sebagian besar beroperasi di
Indonesia.
Petugas KPK mencokok Rudi
ketika sedang bertransaksi dengan
pegawai swasta berinisial “A” (Ardi)
di rumahnya menjelang tengah
malam. Selain Rudi, KPK juga
menangkap dua orang satpam dan
satu orang supir yang bekerja untuk
Rudi.
Tim Penyidik KPK juga
membekuk seorang pegawai swasta
berinisial “S” (Simon) di Apartemen
Mediterania tower H tepat tengah
malam. Total ada enam orang yang
digelandang ke Gedung KPK malam
itu.
Di rumah Rudi, KPK menyita
uang US$ 90.000 dan uang Sin$
127.000 dan satu motor besar klasik
bermerek “BMW” bernomor polisi
B3946FT. Sementara di rumah A,
penyidik menyita uang US$ 200 ribu.
Rudi diduga menerima suap
dari perusahaan Kernell Oil.
Berdasarkan informasi dari Badan
Pemeriksa Keuangan, BPK sedang
mengaudit Kernell Oil. Kernell
adalah perusahaan yang ada
partisipasi di Kontraktor Production
Sharing (PSC) waktu kepemimpinan
R. Priyono sebagai Kepala BP Migas.