Geo Energi edisi september indonesia 2013 | Page 20
Nasional
Jepang Belum Rela Lepas Inalum
Pemerintah Harus Tegas
Kontrak pengelolaan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) akan berakhir pada
31 Oktober 2013. Namun, pemerintah Jepang melalui Nippon Asahan Aluminium
(NAA) yang mengelola Inalum terus mengulur waktu. Pemerintah diharapkan tidak lagi
bermain-main bila tidak ingin kembali kehilangan muka.
Oleh Ishak Pardosi
T
20
Menteri Perindustrian
MS Hidayat yang bertugas
mengambilalih Inalum belum
menunjukkan keberanian dan
ketegasan. Ia masih terus melakukan
berbagai langkah untuk meyakinkan
Jepang. Di antaranya mengajak
NAA ke Arbitrase Internasional. Opsi
lainnya adalah menunjuk lembaga
independen guna mengaudit aset
perusahaan sehingga ditemukan
harga yang pas. “Kalau sepakat
Alhamdulilah, kalau tidak kita jalan
terus,” ucap Hidayat di kantor
Presiden, Jakarta, Rabu (21/8/2013).
Hidayat menilai alotnya
negosiasi antara Jepang-Indonesia
itu karena perbedaan dalam
memandang nilai aset. Terdapat
selisih nilai audit Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) dengan Jepang sebesar
sekitar US$ 140 juta. Saat ditanya
berapa nilai yang diminta Jepang
EDISI 35 / Tahun III / SEPTEMBER 2013
istimewa
arik-menarik
pengambilalihan Inalum
semakin mengencang.
Jepang terkesan tidak
rela melepas perusahaan
yang terletak di Kabupaten Asahan,
Sumatera Utara itu. Dana pengganti
Rp 7 Triliun yang ditawarkan
pemerintah dinilai belum setimpal.
Di sisi lain, pemerintah terkesan
kurang tegas me ski dari sisi hukum
sudah di atas angin.