Geo Energi edisi oktober 2013 | Page 17

geo energi/ sarwono total laba terkonsolidasi Pertamina pada tahun 2012 sebesar US$ 2,751 miliar. Jumlah ini naik sekitar 14,7% dari pendapatan tahun 2011 yang sebesar US$ 2,398 miliar. Rudi Rubiandini, saat masih menjadi Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, pemerintah tidak menentang bila Pertamina yang mengelola blok-blok migas yang kini dikuasai asing dan segera berakhir masa kontraknya. Salah satunya di Blok Mahakam, yang belakangan diributkan banyak pihak. Tapi, menurut Rudi, selain untuk mengelola blok yang sudah berjalan (eksisting), pemerintah juga memerlukan kontraktor berkantong tebal untuk pengembangan blok baru guna memenuhi target lifting minyak. Maklum, selama ini hasil lifting minyak menjadi andalan utama pemasukan APBN. “Kami tidak menentang (Pertamina). Kami, yang mengerti akan kondisi tersebut justru merasa kasihan. Kalau cuma memperebutkan sisa gas yang 2 Tcf (di Blok Mahakam) buat apa? Itu sudah pasti EDISI 36 / Tahun III / oktober 2013 menguntungkan, siapapun pasti mau mengelolanya. Tapi selanjutnya, apakah Pertamina bisa mengembangkan cadangan lainnya di Blok Mahakam yang belum diapa-apakan?,” kata Rudi, kepada GEO ENERGI, sebelum tersangkut kasus suap. Rudi menambahkan, SKK Migas ingin ada eksplorasi lanjutan di Blok Mahakam dan blok-blok migas lain, tidak hanya yang tersisa 2 Tcf saja. Sebab, Indonesia ke depan butuh pasokan gas yang besar. “Kami tahu bagaimana kondisi Pertamina. Jika kami dibubarkan, siapa yang bisa memantau Pertamina? Ambil contoh saja di Blok West Madura Offshore (WMO). Sejak diambil Pertamina, produksinya belum naik. Begitu juga dengan Blok Offshore North West Java (ONWJ) yang digembargemborkan mengalami kenaikan, naiknya darimana? Produksi ONWJ masih jauh dari harapan,” papar Rudi. Di luar pihak yang meragukan, masih banyak yang mendukung Pertamina. Pengamat migas Kurtubi menyatakan, sudah saatnya Pertamina mengelola Blok Mahakam. Menurut dia, Pertamina sangat mu mpuni. “Tahun kemarin laba Pertamina tercatat sekian triliun, dan sudah termasuk dalam list perusahaan besar di Fortune 500, itu adalah pengakuan internasional. Apalagi yang mau diragukan? Kecuali kalau ada niat busuk atau niat jahat dari oknum-oknum pemerintah itu, untuk mengalahkan kepentingan negara dan mencari-cari alasan. Pertamina sudah lama mengirim surat untuk itu, seharusnya itu yang direalisasikan. Itu saja, jangan dibikin mengambang, atau direkayasa untuk diperpanjang,” papar Kurtubi, kepada GEO ENERGI, Rabu, 25 September 2013. Marwan Batubara, Direktur Eksekutif IRESS, adalah yang paling getol membela Pertamina di Blok Mahakam. Menurut Marwan, sudah puluhan tahun Blok Mahakam dikeruk oleh perusahaan asing melalui Total dan Inpex. Setelah kontrak Total dan Inpex berakhir, sudah selayaknya pemerintah memberikan pengelolaan Blok Mahakam kepada Pertamina. Menurut Marwan, sesuai UU Migas No.22/2001, jika kontrak migas berakhir, pengelolaan seharusnya diserahkan kepada BUMN, dalam hal ini Pertamina. Apalagi hal ini sesuai amanat konstitusi dan kepentingan strategis nasional. “Pertamina pun telah menyatakan keinginan dan kesanggupan mengelola blok Mahakam berkali-kali sejak 2008 hingga sekarang,” tandas Marwan, kepada GEO ENERGI, di Kampus Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Sabtu, 14 September 2013. Bisa jadi, karena kuatnya tarik ulur, Jero Wacik kemudian sempat memutuskan bahwa kepastian perpanjangan kontrak Total E&P di Blok Mahakam akan diputuskan oleh pemerintahan hasil Pemilihan Umum 2014. Namun, masuknya lobi Mandiri Oil di tengah-tengah ketidakpastian itu turut menyebabkan Jero Wacik berubah pikiran. Puncaknya, sejak pertemuan Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo dengan Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan pada Kamis, 26 September 2013, itulah skenario akhir akan diputuskan. Beberapa jam sebelum pertemuan itu sang Wamen menjawab singkat pertanyaan GEO ENERGI yang menemuinya di kantor Lemigas, Cipulir, Jakarta Selatan. ”Ya, saya belum bisa bicara banyak, yang jelas sedang kami pertimbangkan,” katanya. Nama Mandiri Oil akan turut berperan serta dalam pengelolaan Blok Mahakam, melalui jatah Participating Interest Pemerintah Daerah. Komposisinya: TotalInpex 70% dengan masing-masing memegang 35%, Pertamina 30% tapi bagi dua sama daerah, dimana daerah akan dibiayai oleh Mandiri Oil. Bisa jadi, ini sebagai jalan tengah bagi pemerintah di tengah desakan berbagai pihak. Bagaimanapun, Blok Mahakam adalah lapangan migas yang masih sangat seksi. Namun, keputusan pemerintah justru menyakitkan pihak-pihak yang selama ini menyuarakan nasionalisasi blok migas. Marwan begitu geram 17