kepada Ramadhan Pohan untuk
membantu dalam pengajuan solusi
terhadap jalan yang dipotong oleh pihak
bandara.
Dan jalan yang dipotong tersebut
kenyataannya hingga saat ini belum
mendapatkan solusi untuk akses jalan
warga dari pemerintah kabupaten.
’’Warga jadi sangat susah dan
jauh untuk menuju ke kota Pak,’’ ujar
Samsul.
Kemudian dialog disambung
dengan keluhan Pak Suardi dari
Desa Perkebunan Pramunia yang
menyebutkan bahwa ada terjadi
pelaksanaan jual-beli tanah secara
ilegal didesa mereka yang dilakukan
oleh Ponirin, salah satu warga didesa
tersebut dengan pihak PUSKOPAD.
Tanah yang dijual sebesar 149 hektar.
Tanah tersebut terletak pada Pasar
12, Kampung Baru, Desa Perkebunan
Pramunia.
’’Kami sudah melaporkannya ke
Badan Pertanahan Nasional di Jakarta.
Dan, Mahkamah Agung juga bersedia
hadir ke Desa Perkebunan Pramunia
untuk meninjau langsung. Tapi belum
tahu kapan,’’ ungkap Suardi.
Setelah mendengar semua
keluhan dari warga, Ramadhan Pohan
memberi tanggapan yang baik. ’’Untuk
permasalahan jalan yang dipotong
tersebut, sebenarnya itu adalah tugas
pemerintah kabupaten atau pemerintah
provinsi dalam penyelesaian masalahnya.
Namun begitu, saya akan mencoba
memediasi”. (risky prabowo)
Kunjungi
Desa Terbaik
TAK menyangka, desa yang
terletak di Kecamatan Percut Sei
Tuan ini pernah menjadi desa terbaik
pada saat pemerintahan Presiden
Soeharto. Namun, dari penampakan
fisiknya masih terlihat. Masih asri dan
terkesan bersih.
Di rumah mantan kepala desa
yaitu Adi Kustiono, rombongan Wakil
Ketua Komisi I DPR RI Drs Ramadhan
Pohan MIS berkunjung ke desa
tersebut.
Kedatangan Ramadhan, Senin
(13/1), disambut dengan hangat
oleh para warga yang hadir. Tampak
beberapa pejabat-pejabat desa seperti
kepala desa, anggota Panwaslu,
dan ketua FKPM (Forum Kepolisian
Masyarakat).
Ramadhan dan Adi Kustiono
sebelumnya juga pernah bertemu di
lapangan sepak bola Saentis untuk
melihat anak-anak klub sepak bola
berlatih di lapangan.
’’Selamat datang Pak di rumah
saya. Di sini merupakan desa
terbaik pada saat pemerintahan Pak
Soeharto. Dahulu Pak Soeharto
pernah datang ke desa kami ini,’’
cerita Adi Kustiono.
Ramadhan Pohan tidak menyangka
ternyata desa yang beliau hadiri
merupakan salah satu desa terbaik
di Indonesia pada saat masa
pemerintahan Soeharto.
Kemudian pertemuan itu
dilanjutkan dengan dialog dengan
warga.
Seperti biasanya, Ramadhan
memperkenalkan diri terlebih dulu.
Setelah perkenalan diri tersebut,
perbincangan dilanjuti dengan sesi
tanyajawab dan mendengarkan
keluhan dari warga tentang kondisi
saat ini di lingkungan mereka.
Pak Sudarnoto Siregar merupakan
ketua Polmas di desa setempat
membuka sesi tersebut dengan
mengeluh dan mempertanyakan
status FKPM di daerahnya.
Sejak FKPM disahkan oleh
POLRI, namun surat kerja dan dana
honor hingga saat ini belum ada
kejelasannya.
Lantas, ia memohon pada
Ramadhan untuk meneruskan hal
tersebut ke Komisi III DPR RI.
’’Terima kasih Pak atas
pertanyaannya. Hal itu akan saya
tanyakan kepada rekan-rekan saya
yang ada di Komisi III DPR RI. Namun
sebelumnya, saya meminta dulu
surat keterangan pengesahannya di
desa ini. Agar bisa saya bawa untuk
menjadi bahan saya berbicara dan
mempertanyakannya.’’
Tak lama perbincangan
berlangsung, Dahrir Siregar yang
merupakan Caleg DPRD tingkat I dari
Partai Demokrat hadir.
Kemudian suasana menjadi
hangat karena warga dihadiri oleh
dua orang calon pemimpin yang
memiliki niat tulus dalam membantu
masyarakatnya.
Lalu Ramadhan memberikan
pencerahan pada warga bahwa,
DPR RI tidak bisa terfokus hanya
pada satu wilayah saja untuk dalam
pengembangan daerahnya. Melainkan
harus seluruh Indonesia dapat
dikembangkan.
Hal itu berbeda dengan DPRD
yang harus fokus kepada daerahnya
sendiri yang diwakilinya di parlemen.
(rizky prabowo)
FEBRUARI 2014 • GARDU ASPIRASI |
23