Sahabat Parlemen
Lagi, Ramadhan Pohan Kritisi Kebijakan Jokowi
Mestinya Bangun Tempat
Khusus Topeng Monyet
FOTO: IST
Lebih Suka Mobil Nasional
DI antara anggota DPR RI yang sekarang ada di
Senayan, profil Aria Bima cukup menonjol. Pria ini
selalu berdandan necis, dengan sebagian rambut
memutih yang ia biarkan alami.
Politisi PDIP ini, meski kesannya borju tetapi
sangat dekat dengan masyarakat bawah. Ia berasal
dari Semarang Jawa Tengah, dan kini menjadi
wakil ketua partainya di sana.
Cara pandangnya selalu luas, mengkaji dari
berbagai aspek sebelum ia publikasikan atau
mengambil keputusan.
Saat ada pencanangan program mobil murah
misalnya, ia lebih suka melihatnya secara nasional.
‘’Harus ada periodenya,’’ katanya. ‘’Jangan tibatiba muncul, atas dasar dan cara pandang apa?’’
kata wakil ketua Komisi VI itu, Selasa (1/10).
’’Sebaiknya tetap kembalikan ke mobil nasional
daripada meneruskan mobil murah dan ramah
lingkungan yang mendapatkan 20 persen bebas
pajak barang murah,’’ kata Aria
’’Ya, karena hampir semua daerah macet. Mau
taruh mana sekarang? Bandung macet, Semarang
macet, Solo macet, Jogja apalagi, Surabaya
apalagi, juga Bali. Karena pertumbuhan jalan dan
pertumbuhan
(kendaraan) motor/mobil tidak seimbang. Hanya
0,01 persen pertumbuhan jalan. Pertumbuhan
mobil 2,7 persen.’’
Aria Bima lahir di Semarang 29 Mei 1965. Ia
sudah dua periode menjadi anggota DPR RI dari
daerah pilihan (dapil) Jawa Tengah V yang meliputi
Kota Surakarta (Solo), Kabupaten Sukoharjo,
Kabupaten Boyolali, dan juga Kabupaten Klaten. Ia
menjadi wakil ketua di Komisi VI yang fokus pada
BUMN, Perdagangan, Industri, Koperasi & UMKM.
Bima dan Ramadhan Pohan berteman baik, dan
selalu komunikasi. Keduanya memiliki style dan
spirit yang mirip , walau di bawah naungan partai
berbeda. (agung wahana)
20 |
GARDU ASPIRASI • NOVEMBER 2013
KEBIJAKAN Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo mem
ber ihkan ibu kota dari topeng
s
monyet dikritik oleh politisi
Partai Demokrat, Ramadhan
Pohan. Rencana tersebut
dinilai akan me atikan mata
m
pencaharian para penga en
m
topeng monyet yang notabene
masyarakat kelas bawah.
’’Jokowi berlebihan, karena
kalau dengan cara itu topeng
monyet akan punah, seolaholah dia (topeng monyet)
barang yang rusak,’’ kata
Ramadhan Pohan di kompleks
parlemen, Senayan, Jakarta,
Kamis (24/10).
Menurut Ramadhan,
keberadaan topeng monyet
tidak menggangu ketertiban
umum. Ia menilai, pembersihan
topeng monyet tidak akan
memberikan manfaat apa-apa
kepada masyarakat. Tetapi
justru akan menghilangkan
salah satu hiburan bagi rakyat
kecil dan mata pencaharian
bagi penampilnya.
Wakil Ketua Komisi I DPR
RI itu mengingatkan Jokowi
bahwa keberhasilannya sebagai
kepala daerah berkat dukungan
masyarakat kelas bawah.
Maka, sambungnya, tidak etis
jika sekarang Jokowi membuat
kebijakan yang hanya
menyusahkan mereka.
Lebih lanjut Ramadhan
berharap Jokowi mau
mempertimbangkan lagi
kebijakan
penghapusan
topeng
monyet. Sang
gubernur
diminta mencari
solusi yang lebih
arif, seperti
membangun
tempat khusus
bagi pertunjukan
topeng monyet.
’’Mestinya beliau (Jokowi)
menjaga hati rakyat,’’
tandasnya.
Seperti diberitakan,
Jokowi ingin membersihkan
topeng monyet dari Jakarta
karena tiga alasan. Pertama,
monyet adalah hewan langka
yang dilindungi dan wajib
dikembalikan ke habitatnya di
hutan belantara.
Alasan kedua, pertunjukan
topeng monyet dianggap
sebagai penyiksaan terhadap
hewan. Menurut Jokowi,
masalah ini menjadi sorotan
dan mendapat protes dari dunia
internasional.
Alasan terakhir, kehadiran
hewan primata itu di tengah
masyarakat perkotaan
dianggap menggangu
ketertiban umum. Apalagi,
monyet diketahui berpotensi
besar menularkan
penyakit kepada
manusia.
(dil/jpnn)