GARDU ASPIRASI (GARASI) EDISI 46 / NOVEMBER 2013 | Page 20

Sahabat Parlemen Lagi, Ramadhan Pohan Kritisi Kebijakan Jokowi Mestinya Bangun Tempat Khusus Topeng Monyet FOTO: IST Lebih Suka Mobil Nasional DI antara anggota DPR RI yang sekarang ada di Senayan, profil Aria Bima cukup menonjol. Pria ini selalu berdandan necis, dengan sebagian rambut memutih yang ia biarkan alami. Politisi PDIP ini, meski kesannya borju tetapi sangat dekat dengan masyarakat bawah. Ia berasal dari Semarang Jawa Tengah, dan kini menjadi wakil ketua partainya di sana. Cara pandangnya selalu luas, mengkaji dari berbagai aspek sebelum ia publikasikan atau mengambil keputusan. Saat ada pencanangan program mobil murah misalnya, ia lebih suka melihatnya secara nasional. ‘’Harus ada periodenya,’’ katanya. ‘’Jangan tibatiba muncul, atas dasar dan cara pandang apa?’’ kata wakil ketua Komisi VI itu, Selasa (1/10). ’’Sebaiknya tetap kembalikan ke mobil nasional daripada meneruskan mobil murah dan ramah lingkungan yang mendapatkan 20 persen bebas pajak barang murah,’’ kata Aria ’’Ya, karena hampir semua daerah macet. Mau taruh mana sekarang? Bandung macet, Semarang macet, Solo macet, Jogja apalagi, Surabaya apalagi, juga Bali. Karena pertumbuhan jalan dan pertumbuhan (kendaraan) motor/mobil tidak seimbang. Hanya 0,01 persen pertumbuhan jalan. Pertumbuhan mobil 2,7 persen.’’ Aria Bima lahir di Semarang 29 Mei 1965. Ia sudah dua periode menjadi anggota DPR RI dari daerah pilihan (dapil) Jawa Tengah V yang meliputi Kota Surakarta (Solo), Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, dan juga Kabupaten Klaten. Ia menjadi wakil ketua di Komisi VI yang fokus pada BUMN, Perdagangan, Industri, Koperasi & UMKM. Bima dan Ramadhan Pohan berteman baik, dan selalu komunikasi. Keduanya memiliki style dan spirit yang mirip , walau di bawah naungan partai berbeda. (agung wahana) 20 | GARDU ASPIRASI • NOVEMBER 2013 KEBIJAKAN Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mem­ ber­ ihkan ibu kota dari topeng s monyet dikritik oleh politisi Partai Demokrat, Ramadhan Pohan. Ren­cana ter­­­s­ebut dinilai akan me­ atikan mata m pencaharian para penga­ en m topeng monyet yang notabene masyarakat kelas bawah. ’’Jokowi berlebihan, karena kalau dengan cara itu topeng monyet akan punah, seolaholah dia (topeng monyet) barang yang rusak,’’ kata Ramadhan Pohan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (24/10). Menurut Ramadhan, keberadaan topeng monyet tidak menggangu ketertiban umum. Ia menilai, pembersihan topeng monyet tidak akan memberikan manfaat apa-apa kepada masyarakat. Tetapi justru akan menghilangkan salah satu hiburan bagi rakyat kecil dan mata pencaharian bagi penampilnya. Wakil Ketua Komisi I DPR RI itu mengingatkan Jokowi bahwa keberhasilannya sebagai kepala daerah berkat dukungan masyarakat kelas bawah. Maka, sambungnya, tidak etis jika sekarang Jokowi membuat kebijakan yang hanya menyusahkan mereka. Lebih lanjut Ramadhan berharap Jokowi mau mempertimbangkan lagi kebijakan penghapusan topeng monyet. Sang gubernur diminta mencari solusi yang lebih arif, seperti membangun tempat khusus bagi pertunjukan topeng monyet. ’’Mestinya beliau (Jokowi) menjaga hati rakyat,’’ tandasnya. Seperti diberitakan, Jokowi ingin membersihkan topeng monyet dari Jakarta karena tiga alasan. Pertama, monyet adalah hewan langka yang dilindungi dan wajib dikembalikan ke habitatnya di hutan belantara. Alasan kedua, pertunjukan topeng monyet dianggap sebagai penyiksaan terhadap hewan. Menurut Jokowi, masalah ini menjadi sorotan dan mendapat protes dari dunia internasional. Alasan terakhir, kehadiran hewan primata itu di tengah masyarakat perkotaan dianggap menggangu ketertiban umum. Apalagi, monyet diketahui berpotensi besar menularkan penyakit kepada manusia.  (dil/jpnn)