Fotografer Hebat Jul. 2014 | Page 30

Ruang Tajam (Depth of Field) Sulit untuk memahami bagaimana dimensi dibentuk oleh ruang tajam, jika mempelajari dari definisinya saja. Pada kenyataannya, ruang tajam bukan sekedar rentang ruang pada foto dimana sebuah objek akan tampil tajam. Ruang tajam juga menggambarkan kelenturan sebuah foto – ada rasa, ada dimensi ruang. Pada pandangan normal, hanya 5% dari padangan kita yang bisa terlihat tajam – jadi Cuma sebagian kecil dari ruang pandang kita yang dapat dilihat secara detil. Namun demikian bagi kita, seluruh ruang terlihat tajam semua karena mata kita secara terus-menerus melakukan fokus ulang terhadap setiap detil yang kita lihat, menjelajah seluruh sudut untuk membentuk gambaran yang fokus. Dulu sebelum kita memasuki era digital, tidak banyak foto yang tajam. Lantas ada sebuah sekolah fotografi yang mengajarkan memotret menggunakan f/64, sehingga dihasilkan ruang tajam yang sangat luas – biasanya cocok untuk memotret subjek yang jauh, atau landscape. Hal ini sekarang berubah saat masuk kedalam era digital, dimana digunakan chip sensor yang kecil, yang membutuhkan lensa dengan fokal yang pendek, sehingga ruang tajam jadi sangat luas. Segala sesuatunya jadi terlihat tajam, dan pada awalnya memang bisa diterima, tapi berlahan-lahan mulai muncul reaksi negatif; yakni semua sudut gambar jadi tampak sama, dan sulit menemukan subjek yang menonjol. Dengan kata lain, para fotografer selalu membutuhkan ketajaman gambar pada seluruh sudutnya, namun diperlukan juga sedikit ruang tajam untuk menonjolkan focal-point atau objek utama yang ingin ditampilkan secara unik. Kontrol utama terhadap ruang tajam adalah apertur, panjang fokal, dan perbesaran (seberapa jauh letak kamera dari subjek). Untuk mempersempit ruang tajam, maka apertur lensa harus dinaikan, lalu gunakan lensa fokal yang lebih 30