Ruang Tajam (Depth of Field)
Sulit untuk memahami bagaimana dimensi dibentuk oleh
ruang tajam, jika mempelajari dari definisinya saja. Pada
kenyataannya, ruang tajam bukan sekedar rentang ruang
pada foto dimana sebuah objek akan tampil tajam. Ruang
tajam juga menggambarkan kelenturan sebuah foto – ada
rasa, ada dimensi ruang.
Pada pandangan normal, hanya 5% dari padangan kita
yang bisa terlihat tajam – jadi Cuma sebagian kecil dari
ruang pandang kita yang dapat dilihat secara detil. Namun
demikian bagi kita, seluruh ruang terlihat tajam semua
karena mata kita secara terus-menerus melakukan fokus
ulang terhadap setiap detil yang kita lihat, menjelajah
seluruh sudut untuk membentuk gambaran yang fokus.
Dulu sebelum kita memasuki era digital, tidak banyak foto
yang tajam. Lantas ada sebuah sekolah fotografi yang
mengajarkan memotret menggunakan f/64, sehingga
dihasilkan ruang tajam yang sangat luas – biasanya cocok
untuk memotret subjek yang jauh, atau landscape.
Hal ini sekarang berubah saat masuk kedalam era digital,
dimana digunakan chip sensor yang kecil, yang
membutuhkan lensa dengan fokal yang pendek, sehingga
ruang tajam jadi sangat luas. Segala sesuatunya jadi terlihat
tajam, dan pada awalnya memang bisa diterima, tapi
berlahan-lahan mulai muncul reaksi negatif; yakni semua
sudut gambar jadi tampak sama, dan sulit menemukan
subjek yang menonjol. Dengan kata lain, para fotografer
selalu membutuhkan ketajaman gambar pada seluruh
sudutnya, namun diperlukan juga sedikit ruang tajam untuk
menonjolkan focal-point atau objek utama yang ingin
ditampilkan secara unik.
Kontrol utama terhadap ruang tajam adalah apertur, panjang
fokal, dan perbesaran (seberapa jauh letak kamera dari
subjek). Untuk mempersempit ruang tajam, maka apertur
lensa harus dinaikan, lalu gunakan lensa fokal yang lebih
30