panjang, atau mendekatlah kepada subjek. Namun
demikian, kontrol ini tidak ada artinya dibandingkan dengan
pendapat para pengamat mengenai ketajaman, dan
bagaimana seberapa kritisnya sebuah foto diperhatikan.
Persepsi tentang ruang tajam, juga akan dipengaruhi ukuran
cetakan gambar itu sendiri. Semakin kecil aperture,
semakin luas ruang tajamnya.
Kualitas blur
Banyaknya bagian foto yang kurang tajam, disebabkan lebih
pada kualitas ketidaktajaman atau blur. Padahal baru di
akhir abad ke duapuluh, dimana digunakan bentuk apertur
diafragma yang aneh, pada kamera-kamera point-and-shot,
dimana fotografer mulai belajar mengenai ketidak tajaman
yang kurang menarik – dimana blurnya tidak sama, transisi
kurang menyatu dan terkadang ada fringed. Kualitas
ketidaktajaman disebut “bokeh”, dan bokeh yang bagus
sekarang jadi ukuran kualitas foto sama halnya dengan
ketajaman foto.
Hasilnya adalah kelenturan foto anda – bagaimana dapat
dirasakan dan caranya foto tersebut membawa efek
kedalaman ruang pada penikmatnya – sangat tergantung
pada kontrol ruang tajam. Sebaliknya, juga tergantung pada
penggunaan sensor yang lebih besar, jika anda ingin
menciptakan ruang tajam yang sempit, dan lensa kualitas
tinggi untuk menghasilkan blur yang halus.
Rana
Seting rana adalah salah satu kunci suksesnya sebuah foto,
bukan hanya tentang bagaimana cara memilih kecepatan
yang tepat agar gerakan terekam, tapi juga berapa lamanya
gerakan tersebut harus direkam. Belum lagi kecepatan rana
(lamanya waktu bukaan) juga mempengaruhi ukuran
diagprahma (aperture), sehingga kita harus mampu memilih
seting yang sesuai. Contoh: pada kecepatan rana 1/8 detik,
31