Bahasa Jawa mengandung kelembutan
dalam bentuk dan wujudnya, juga dalam
pengucapannya. Namun, dalam kata-kata
lembut itu termuat maksud dan isi yang
tajam, serta seringkali berupa kiasan atau
sindirian yang tak kalah menohok, dan
itulah yang sering dilakukan Tjokro untuk
“menghabisi” lawan bicaranya. Tjokro
juga mulai belajar bahasa Inggris, meski
hanya sendiri tanpa guru yang mengajari.
Tjokroaminoto sempat menghasilkan
pidato dan beberapa tulisan tangkas
berbahasa Inggris. Ilmu bahasa universal
itu sempat ia terapkan untuk
menerjemahkan tafsir Al-Qur’an dalam
bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia.
Pada 1905 di Surabaya, Tjokroaminoto
bekerja pada sebuah perusahaan dagang,
sambil mengikuti kursus teknisi di sebuah
sekolah malam. Setelah lulus, ia bekerja di
pabrik gula Rogojampi pada 1907. Mula-
mula sebagai magang masinis, kemudian
menjadi teknisi, hingga ia memantapkan
diri untuk berkiprah di kepengurusan
Syarikat Islam (SI) pada 1912. Tak lama
berselang, ia dipercaya memimpin SI
cabang Surabaya. Itulah awal petualangan
Tjokro di jagad pergerakan nasional.
Prestasi perdana Tjokro adalah ketika ia
sukses menyelenggarakan vergadering SI
pertama pada 13 Januari 1913 di
Surabaya. Rapat besar itu dihadiri 15
cabang SI, tiga belas di antaranya
mewakili 80.000 orang anggota. Kongres
resmi perdana SI sendiri baru terlaksana
pada 25 Maret 1913 di Surakarta di mana
Tjokroaminoto terpilih menjadi wakil
k e t u a C S I m e n d a mp i n g i Ha d j i
Samanhoedi. Dalam posisi wakil ketua
itulah Tjokro mulai menanamkan
pengaruhnya.
Kongres SI kedua di Yogyakarta pada 19-
20 April 1914, melejitkan namanya
sebagai Ketua CSI menggantikan
Samanhoedi. Di tangan Tjokro, SI
mewujud menjadi organisasi politik
pertama terbesar di Nusantara. Pada 1914,
anggota resminya mencapai 400.000
orang, sedangkan tahun 1916 terhitung
860.000 orang. Tahun 1917 sempat
menurun menjadi 825.000 orang. Pada
1918 bahkan merosot lebih drastis lagi
hingga pada kisaran 450.000 orang.
Namun, setahun berikutnya, 1919,
keanggotaan SI melesat sampai 2.500.000
orang.
Selain dikenal sebagai tokoh sentral
pergerakan nasional Tjokroaminoto juga
merupakan penulis yang kritis. namun,
jarang sekali kita mengetahui informasi
mengenai karya-karyanya. padahal,
karya-karya Tjokroaminoto sempat
menjadi buku pegangan wajib aktifis-
aktifis Islam sampai akhir orde lama. Oleh
karenanya penting rasanya untuk
membuat sedikit resume mengenai karya-
karya Tjokroaminoto. Disela-sela
kesibukanya sebagai ketua CSI (Central
Sarekat Islam), ia masih menjadi direktur
sekaligus pimpinan redaksi dari harian
Edumedia Edisi Desember 2016 - 15