KULTUR
“Kakarut”
Uniknya, ada kisah menarik di
balik kerja para panitia itu, yakni
suatu saat mereka menemukan
mata air yang membentuk telaga
kecil dan tertutup semak berduri.
Saat itu salah satu di antara
mereka tangannya kakarut atau
tergores, sehingga berdarah.
(Lokasi telaga itu sekarang menjadi
kawasan berdirinya gedung SMP I,
II, dan IV di Garut Kota).
Melihat kejadian itu,
seorang anggota panitia yang
berkebangsaan Belanda bertanya
kenapa tangan orang tersebut
berdarah, yang dijawab oleh
bersangkutan bahwa tangannya
kakarut. Si Belanda yang tidak
fasih berbahasa lokal kemudian
menirukan ucapan kakarut tapi
yang terdengar malah kata
“gagarut”.
Para anggota panitia setempat
sejak saat itu menamai tanaman
berduri sebagai “Ki Garut” dan mata
airnya disebut “Ci Garut”. Dalam
bahasa Sunda, “Ki” merupakan
Pendopo Garut.
HALAMAN
S E B E L U M N YA
46 | Jia Xiang Hometown • e-MAGZ 09 • 2016
HALAMAN
B E R I K U T