.Doc Edisi IX DOTDOC IX - CETAK single | Página 25

Mencatat dan Menyimpan Peristiwa << Barong milik Wa Aceng yang biasa dimainkan oleh anak-anak seusia SD-SMP. Kemudian saat itu juga hujan turun dan para pemain barong memainkan barong tersebut di bawah air hujan. Namun saat ini, barong lebih sering digunakan untuk acara hiburan seperti pesta pernikahan, khitanan, hingga acara pembukaan supermarket . Konon, para pegiat kesenian Ulin Barong dulu percaya bahwa barong yang baru selesai dibuat baru boleh dipakai setelah dimandikan dengan taburan bunga di sungai. Aceng pun mengatakan hal itu semacam hukum adat bagi para pemilik barong. Namun seiring dengan perkembangan zaman, ritual semacam itu sudah dihapuskan. “IBARAT BEDA KOKI BEDA MASAKAN, PERMAINAN BARONG DI TIAP RW DI SEKELOA PUN BERBEDA TIAP GRUPNYA” Tidak ada cerita khusus yang ditampilkan dalam kesenian barong. Di awal kemunculannya, musik pengiring yang digunakan dalam permainan barong hanyalah musik Sunda klasik seperti tembang Cianjuran. Namun sekarang, seiring dengan modernisasi, musik yang digunakan dalam Ulin Barong pun bisa dipesan sesuai keinginan, asalkan masih bisa disesuaikan. MEMBUAT BARONG SENDIRI Rata-rata, pegiat kesenian Barong di Sekeloa ini memproduksi sendiri barong yang akan dimainkannya. Salah satunya ialah Asep Tatang (50). Asep merupakan adik dari Aceng Sulaeman. Mereka sekeluarga memilih untuk meneruskan kesenian ulin barong DOTDOC yang diwariskan oleh kakek buyutnya. Selain membuat barong untuk keperluannya sendiri, Asep juga kerap mendapatkan pesanan barong. Satu buah kepala barong bisa memakan waktu produksi hingga berbulan-bulan. Proses pembuatannya pertama-tama kerangka kepala barong dibuat dari bambu yang sudah diserut. Bambu yang baik untuk membuat kerangka barong ialah bambu yang sudah tua. Jangan menggunakan bambu muda karena mudah mengkerut. Selain itu, bambu yang dipilih merupakan yang memiliki buku-buku panjang. Bambu yang telah diambil kemudian dibelah dan dipotong- potong. Setelah itu, bambu direndam selama 2 bulan agar kuat dan tahan lama. Lalu , bambu harus dikeringkan terlebih dahulu. Kemudian barulah bambu diraut sebagaimana keperluannya. Kepala barong yang telah dibuat tersebut ternyata bisa tahan hingga hampir lima belas tahun. Sebagaimana barong milik Wa Aceng yang ternyata merupakan barong turunan dari ayahnya dan masih digunakan untuk berbagai pertunjukan hingga saat ini. GRUP BARONG SEKELOA Hampir di tiap RW Sekeloa memiliki kesenian Ulin Barong. Salah satunya ialah Lingkung Seni Sekar Saluyu milik Aceng, serta Paksi Wulung miliki Robi Hartono (23). Tiap grup barong memiliki kekhasannya masing- masing. Misalnya saja di grup Paksi Wulung, barongnya memiliki kesan seram dan terdapat sedikit unsur Bali dengan penggunaan motif kain hitam putih di barongnya. Kemudian terdapat juga perbedaan dari segi kelengkapan alat musik. “Dari segi permainan pasti tiap grup beda. Karena kan ibaratnya beda koki beda masakan. Jadi bedanya hanya di kelengkapannya saja,” tutur Robi. Robi mengatakan, bentuk barong tidak begitu banyak berbeda. Perbedaan mendasar hanya terdapat pada warna. “Bentuk barong yang seperti ini memang tidak bisa diubah. Misalnya kita mau membuat kepala barong dengan meniru kepala bebek, maka tidak bisa dikatakan bahwa itu barong Sekeloa. Barong Sekeloa itu khas. Dan kekhasan itulah yang jadi ciri utama untuk membedakannya dengan barong lain, “ ucap Robi. Robi juga menjelaskan, semua grup barong di Sekeloa berkiblat pada Barong milik Aceng. Karena dialah yang pertama kali memperkenalkan kesenian barong ini pada warga Sekeloa. Di Grup Seninya, Aceng memiliki sekitar 40-an murid yang sedang belajar pencak silat untuk nantinya diajarkan mengenai cara bermain barong. Muhammad Rizky Pratama (12), atau biasa disapa Rizky sudah sejak tahun 2011 bergabung di Lingkung Seni Sekar Saluyu binaan Aceng. Siswa kelas 6 SDN Sekeloa ini mengatakan, awalnya ia hanya bermain pencak silat saja. Namun, pada akhirnya ia belajar untuk memainkan barong. “ Yang paling sulit waktu main barong itu geraknya, karena harus sesuai sama musik”, tutur Rizky. Melalui grup seninya ini Aceng mencoba melestarikan kesenian Ulin Barong Sekeloa agar dapat terus berkembang dan tidak tergerus oleh zaman. >> Liong, pendamping Barongsai 25