Cakrawala Edisi 426 | Page 75
Bima harus mendaki kepuncak gunung yang tinggi,
melewati jalan terjal berkelok-kelok. Dia berani menghadapi
resiko apapun. Pengalaman menjelajah hutan Tikbrasara dan
mendaki gunung Reksamuka adalah merupakan pelajaran
sikap percaya diri dan keteladan dalam ketaatan.
Orang-orang tua suka memberi nasihat: Boleh makan
secukupnya saja dan makanan yang sehat, diutamakan sayur
dan buah. Kalau terlalu banyak makan lemak dan daging, selain
tidak baik untuk kesehatan, juga tidak baik untuk spiritualitas.
Ternyata Air Suci Prawitasari tidak ada dihutan dan
digunung. Bima yakin apa yang dicari ada didalam samudra.
Samudra mengingatkan kepada kata “samudra pangaksama”
artinya punyailah hati yang lapang, jadilah orang yang pemaaf.
Bima meneruskan perjalanan dan tanpa ragu masuk ke
samudra. Belum lama berada di air, Bima sudah mau diterkam
seekor ular laut raksasa. Bima bukan seorang penakut, ular
laut itu dihadapinya. Ular disini melambangkan sifat-sifat jahat
yang harus dilawan.
Sesudah Bima berhasil menyingkirkan semua hambatan,
mendadak tanpa persiapan apapun, dia ketemu dengan jasad
mungil yang bercahaya terang tetapi tidak menyilaukan,
rupanya mirip benar dengan dirinya, namanya Sukma Ruci.
Bima diperintahkan masuk kedalam raga Sukma Ruci melalui
telinga kiri jasad tersebut.
Meskipun ragu, bagaimana mungkin dia yang bertubuh
besar bisa masuk ketelinga jasad kecil tersebut. Bima patuh
dan melakukan seperti yang diperintahkan. Dan apa yang
terjadi? Bima sudah berada didalam dan di situ Bima bisa
melihat seluruh jagat dan juga jasad mungil tersebut.
Kisah Dewaruci memberikan makna cermin daripada
kehidupan hubungan harmonis antara Kawulo dan Gusti yang
dipergakan oleh Bima atau Arya Werkudara dan Dewaruci.
Pagelaran Wayang Kulit di Kolinlamil
Pagelaran wayang kulit yang biasanya digelar di sebuah
gedung ataupun rumah tinggal, kali ini digelar di atas Kapal
Perang yang sedang sandar di dermaga Komando Lintas Laut
Militer (Kolinlamil) Tanjung Priok Jakarta Utara.
Perhelatan wayang kulit dengan Dalang Ki Warseno Slenk
ini rupanya sengaja digelar dalam rangka rangkaian menyambut
HUT ke-54 Kolinlamil,
yang mengambil lakon
atau cerita “Dewaruci”.
Nonton wayang kulit
di atas Kapal Perang
KRI Banda Aceh-593
terasa
unik.
Betapa
tidak, untuk menuju
tempat pertunjukan kita
harus menaiki tangga.
Suasana sekitar panggung
tentunya juga tak seperti
biasanya. Deburan ombak
terdengar disela suara gamelan.
Pentas wayang wulit semalam suntuk ini dihadiri oleh
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade
Supandi, S.E., didampingi Panglima Kolinlamil Laksamana
Muda TNI Aan Kurnia, S.Sos., pejabat utama lainnya, dan
juga ribuan pecinta kesenian wayang kulit memadati geladak
kapal yang sengaja datang dari wilayah Jabodetabek.
Kemeriahan acara ini diawali saat penyerahan tokoh
pewayangan dari Panglima Kolinlamil Laksamana Muda TNI
Aan Kurnia, S.Sos. kepada Dalang Kondang Ki Warseno
Slenk.
Sebelum pagelaran wayang kulit dimulai, Pangkolinlamil
terlebih dahulu memberikan sambutan yang menyampaikan
rasa terima kasih atas dukungan dan partisipasi kepada semua
pihak atas terlaksananya pagelaran wayang kulit ini serta
memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para
pelaku seni budaya wayang kulit yang masih setia menekuni
dan melestarikan budaya Jawa.
Lebih lanjut Pangkolinlamil juga mengatakan, bahwa
Indonesia adalah negara yang kaya akan hasil alam dan seni
budayanya, dan sebagai masyarakat Indonesia kita harus
menjaga dan mengembangkan serta melestarikan budaya asli
Indonesia tersebut.
Dalam pagelaran itu pecinta wayang kulit dihibur juga oleh
komedian Kirun, Gogon dan Kartolo. ©Redaksi
Cakrawala Edisi 426 Tahun 2015
75