Cakrawala Edisi 419 | Page 75
Kisah di balik beras merah Jatiluwih
Ada yang menarik di Jatiluwih. Beras merah
lokal Jatiluwih ternyata merupakan varietas
beras merah yang kaya akan vitamin B
kompleks, serat dan mineral.
Perlakuan mulai penyiapan bibit, pengolahan
lahan persawahan, penanaman, panen sampai
dengan penyimpanan di lumbung padi, semua
ada ritualnya. Wujud rasa syukur masyarakat
Jatiluwih yang tergabung dalam kelompok tanikelompok tani, selalu tergambar dalam tata
adat dan ritual yang terjaga sampai sekarang.
Penyatuan antara hormat dan syukur kepada
sang Pencipta alam dan sesamanya, sangat
terlihat dalam setiap upacara adat yang terkait
dengan prosesi budidaya beras merah.
Memang masa tanam beras lebih lama
di banding dengan masa tanam beras putih.
Namun para petani tekun melaksanakan proses
penanaman padi merah ini. Walau akibatnya
adalah penerimaan uang hasil panen menjadi
lebih lama jika dibandingkan dengan menanam
padi beras putih. Apalagi kalau harga beras
merah terkadang anjlok dan dihargai sama
dengan harga beras putih.
Dulu harga beras merah dihargai sangat
murah, sekitar Rp 3.000,- perkilogramnya.
Sekarang ada yang berani membeli dengan
harga Rp 9.000,- perkilogramnya.
Sosok si pemberani itu adalah Grace M.
Tarjoto. Sepak terjangnya memberdayakan
kelompok tani Jatiluwih patut mendapatkan
acungan jempol. Betapa tidak, saat ini beras
merah Jatiluwih telah mampu
masuk ke pasar mancanegara.
Impian
Apa yang menjadi impian Grace M. Tarjoto
dan suaminya Heru K. Tarjoto?
Bali selalu identik dengan wisata. Namun
kita tidak boleh membiarkan para petani
hanya jadi “tontonan” saja. Mereka yang
memelihara adat istiadat, budaya, dan kerja
keras sepanjang masa. Tapi kalau mereka
tidak menjadi sejahtera hidupnya karena
banyaknya kunjungan wisatawan, maka ada
yang salah dengan upaya bangsa ini untuk
mensejahterakan masyarakatnya. Nah, kami
ingin membuat mereka menjadi masyarakat
yang tetap menjaga budayanya sekaligus
menjadi masyarakat yang sejahtera. Jangan
jadikan mereka hanya untuk “ditonton”. Itu
impian kami. ©Sekarsari (Diambil dari beberapa
sumber)
Sistem pengairan di Bali terlihat menyejukkan.
(atas), Beras merah Jatiluwih (kiri).
Cakrawala Edisi 419 Tahun 2014
75