Budaya Sulawesi Utara (Nov. 2013) | Page 7

Mitos dan Legenda

Jaman dahulu kala, manusia berhubungan dengan seorang dewa yang berada di langit. Gunung Lekon inilah yang menjadi jalan untuk manusia menuku ke langit. Namun masih terdapat batas untuk manusia datang ke langit maupun sebaliknya. Tak bisa seenaknya manusia datang ke langit untuk bermain. Tetapi seorang anak yang bernama warereh ingin tahu keberadaan dewa yang berada di langit, jadi ia mengintip kehidupan dewa diatas langit. Dewa dewa tersebut merasa kalau ruang pribadinya telah diganggu oleh seorang manusia. Akhirnya Warereh pun diburu oleh dewa dewa. Hal ini membuat Warereh marah, jadi ia memotong bagian dari Gunung Lokon menjadi pedang yang sangat besar. Gunung ini ia potong menjadi dua bagian. Bagian atasnya ia simpan di daerah Tonsea. Bagian atas itu dinamakan Gunung Klabat. Dia juga memotong berberapa bagian dari gunung soputan ke lautan di wenang. Gunung tersebut dinamakan menjadi manado tua.

Gunung Lokon

Menurut berberapa penduduk, mitos burung hantu memberikan pertanda buruk di kalangan masyarakat hanya pada saat sang burung mengeluarkan suara suara. Berberapa mitos berkembang seputar suara burung hantu. Yaitu sebagai berikut, Yang pertama yaitu masyarakat manado percaya bahwa kalau terdapat burung hantu, itu memberikan sebuah tanda kalau ada mahluk gaib atau hantu. Yang kedua adalah kalau mendengar suara dari burung hantu di lingkungan perumahan, berati ada arwah atau roh yang yang sudah meninggal dan mengunjungi lingkungan tersebut. Yang ketiga adalah kalau ada suara burung hantu di lingkungan tersebut dipercaya bahwa ada seorang wanita yang sedang hamil diluar nikah. Dan yang terakhir adalah kalau seseorang yang mendengar suara burung hantu kalau seseorang yang mendengar suara burung hantu berulang kali, Itu memberi tanda kalau rumah tersebut selalu didatangi arwah orang karena terdapat urusan yang belum terselesaikan dengan si pehuni rumah.

Burung Hantu