netralitas, keadilan, dan akuntabilitas publik, informasi tetap bisa dimanipulasi
sedemikian rupa sehingga prinsip-prinsip itu tetap bisa dijaga dalam bentuk luarnya.
Konsumsi
Sebelum masuk ke pembahasan era digital, akan dipaparkan sedikit mengenai
jurnalisme dalam perspektif manusia sebagai konsumen. Bagaimana manusia
mempersepsikan dan menerima informasi pada dasarnya mengalami bentuk cukup
rumit, terutama ketika dikomparasi dengan masa pra-literasi. Walter J. Ong (1912-
2003) membahas secara rinci hal ini dalam [7], namun penulis akan mengulas
sebagian saja. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pada era sebelum mesin cetak,
informasi masih dominan disebarkan oleh lisan karena reproduksi tulisan merupakan
pekerjaan yang sama sekali tidak efektif. Tulisan hanya digunakan sebagai catatan
pemikiran, surat resmi, ataupun pesan, sehingga masyarakat sebelum mesin cetak
ditemukan masih cenderung bertradisi lisan 7 . Kelisanan memiliki banyak
karakteristik, salah satunya adalah menyatunya antara yang mengetahui dan yang
diketahui. Hal ini membuat informasi tidak bisa dilepaskan dari yang
menyampaikan. Apalagi, penyatuan ini tidak hanya antar subyek dan informasi,
namun juga berbagai komponen ambient lainnya yang mengikuti saat informasi
disampaikan, seperti suhu udara, cuaca, suasana, kondisi emosional, dan hubungan
antara penerima dan penyampai. Akibatnya apa? Individu akan dengan mudah
mencerna dan mengolah informasi yang diterima karena tidak banyak unsur yang
tersembunyi. Hal ini berbeda ketika pada dunia literasi, dimana antara penulis dan
yang ditulis terpisah dan berjarak. Ketika suatu tulisan telah mencapai pembaca,
maka yang ada hanyalah pembaca yang tengah berdialog dengan tulisan tersebut dan
penulis hanyalah unsur yang berada di belakang. Itulah mengapa obyektivitas tulisan
atau ide hanya dimungkinkan oleh literasi, karena subyektivitas sangat kental dalam
tradisi lisan.
Sayangnya, kerangka obyektivitas yang dibentuk oleh teks aksara bersifat semu,
karena pada dasarnya subyektivitas tidak pernah mutlak hilang. Penulis akan terus
bersama dengan tulisan, meskipun secara tersembunyi. Unsur-unsur yang mengabur
dalam dunia literasi ini yang kemudian membuat media analisis menjadi subyek ilmu
sendiri yang cukup rumit dan spesifik, karena di balik setiap obyektivitas ataupun
netralitas yang digembor-gemborkan para jurnalis etis, selalu ada unsur subyektivitas
dari penulis besar (pemilik institusi media / faktor produksi informasi) yang
Menurut Ong, masa ini perlu ditinjau ulang karena sekali manusia mengetahui aksara, struktur
pikirannya akan berubah sedemikian rupa dan tidak akan bisa kembali. Tulisan mungkin belum
dipakai secara dominan, namun itu sudah cukup untuk mengubah cara berpikir. Pada tulisan ini,
diasumsikan bahwa sebelum mesin cetak ditemukan, interaksi antara masyarakat dengan aksara masih
belum signifikan untuk mengubah total cara berpikir.
7
43