Booklet PHX #26: Post-Literacy | Page 34

mendefinisikan suatu unsur, DNA 41 yang mendefinisikan ciri makhluk hidup, hingga pengetahuan kompleks manusia. Jika kita lihat dengan seksama sejarah besar semesta, kita akan lihat bagaimana hukum‘ termodinamika’ informasi, bersama dengan sifat kemunculan, memusatkan kompleksitas pada ranah yang semakin sempit, namun secara menurunkan kompleksitas secara general.
Jika pusing, mari kita coba ke wilayah dengan abstraksi lebih minim. Penulis katakan sebelumnya bahwa literasi mendorong modernisme untuk lahir dan berkembang. Perkembangan modernisme ini, setelah melewati masa kejayaannya, ternyata justru menimbulkan banyak polemik di berbagai bidang. Salah satu dari polemik itu tentu saja teknologi, sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Beberapa polemik itu memicu gerakan di hampir segala keilmuan untuk melakukan refleksi kritis terhadap modernisme. Gerakan ini yang kemudian sering dinamakan dengan posmodernisme. Beberapa polemik yang menjadi raisson d’ etre gerakan posmodernisme dipaparkan oleh Bambang Sugiharto dalam [ 2 ] antara lain sebagai berikut. Pertama, pandangan dualistik modernisme mengakibatkan objektivisasi dan eksploitasi alam secara berlebihan, hingga kemudian memicu krisis ekologi. Kedua, pandangan modern yang bersifat objektivistis dan positvistis akhirnya cenderung menjadikan manusia seolah objek juga, dan masyarakat pun direkayasa bagai mesin, sehingga menjadi kurang manusiawi. Ketiga, dalam modernisme ilmu-ilmu positifempiris mau tak mau menjadi standar kebenaran tertinggi, hingga nilai-nilai moral dan religius kehilangan wibawanya dan akhirnya menimbulkan disorientasi moralreligius. Keempat, suburnya materialisme, yang menganggap materi adalah kenyataan terdasar, dengan aturan main utama survival of the fittest. Kelima, milterisme, disebabkan oleh norma moral-religius, plus norma umum objektif semakin tidak berlaku, maka satu-satunya cara mengatur manusia adalah dengan kekerasan 42. Keenam, seperti yang telah dibahas sebelumnya, bangkitnya kembali tribalisme, atau mentalitas yang mengunggulkan kelompok sendiri.
Dari paparan beberapa polemik modernisme di atas, semuanya mengarah pada terjadinya efek balik kompleksitas secara general. Krisis ekologi jelas menghancurkan kompleksitas yang telah alam bentuk selama jutaan tahun. Objektivisasi manusia, ditambah runtuhnya nilai moral-religius, yang digantikan imperialisme sains dan menyuburkan materialisme, menghancurkan kompleksitas kemanusiaan yang juga telah terbentuk selama ribuan tahun. Terakhir, tribalisme membuat yang objektif itu sendiri runtuh, dan kita kembali pada masa dimana subyektivitas kelompok yang menjadi utama. Secara umum, kita seakan mengalami penurunan kompleksitas. Tapi faktanya, pada sisi lain dunia, sekelompok orang masih terus meningkatkan kompleksitas dengan berbagai penelitian terhadap artificial intelligence, astrofisika,
41 Deoxyribose Nucleic Acid
42 Untuk ini, sebenarnya penulis kurang setuju
33