runtuhnya modernisme dalam kritik posmodernisme bersanding dengan munculnya
fenomena baru di dunia literasi. Meskipun jelas sebab dan asal-usulnya fenomena itu
tidak lah sederhana, karena menyangkut berbagai aspek, terutama perkembangan
teknologi. Jika posmodernisme seakan ‘disengaja’ karena dipicu oleh manusia itu
sendiri, yang mulai kehilangan kepercayaan terhadap keagungan narasi besar
modernisme, fenomena pasca-literasi seakan muncul secara natural sebagaimana
literasi lahir secara natural sebagai efek langsung dari berkembangnya agrikultur dan
hirarki masyarakat.
Hiperteks, Sebuah Era Baru
Sebelumnya penulis mohon maaf untuk anak yang berkelut di bidang teknologi
informasi karena penulis mengadopsi istilah mereka untuk pemaknaan lain.
Hiperteks di sini bukanlah teks pembangun halaman di internet. Dalam hal ini,
penulis menyebut hiperteks 22 sebagai teks bentuk baru, teks yang tidak sekadar
aksara, teks yang telah memperluas makna literasi menjadi apa yang kemudian
disebut dengan transliterasi. Munculnya hiperteks, sebagai konsekuensi logis dari
berkembangnya teknologi multimedia yang sangat terinterkoneksi, menariknya,
memunculkan beberapa dampak yang berpengaruh juga pada pola pikir manusia,
sebagaimana dulu literasi mempengaruhi pola pikir manusia.
Pada tahap awalnya, menyampaikan informasi dari satu belahan dunia ke
belahan lain haruslah murni menggunakan teks tertulis. Itu pun memakan waktu
yang tidak sebentar. Antara penyampai informasi dan penerima informasi terpisah
jarak dan waktu, yang sesungguhnya merupakan ciri paling khas dari literasi.
Keterpisahan itu berubah pertama kali ketika teknologi telegraf muncul, yang paling
tidak membuat batasan waktu semakin bisa ditembus, meski segalanya masih dalam
bentuk teks tertulis. Telegraf 23 digantikan kemudian oleh telepon yang membuat
informasi yang tersampaikan tidak hanya teks tertulis, namun suara atau audio,
meski masih bersifat person-to-person. Perkembangan lebih lanjut kemudian diikuti
radio yang memungkinkan broadcast informasi sehingga seperti buku, informasi bisa
tersampaikan ke orang banyak namun melalui suara.
Pada titik ini, kita mungkin perlu berhenti sejenak. Ingat sesuatu yang berkaitan
dengan komunikasi berpusat pada pendengaran? Ya! Radio bersifat ‘mirip’ seperti
bagaimana penyampaian informasi pada masyarakat bertradisi lisan. Suara dengan
Penulis menggunakan istilah hiperteks di sini mengingat istilah hiper- bermakna ‘di-atas’, atau
‘berlebihan’ (KBBI Edisi V), sehingga perluasan makna teks menjadi tidak sekedar aksara merupakan
bentuk teks yang berada ‘di atas’ teks aksara. Istilah hiperteks dalam konteks ini digunakan juga pada
[8].
23 Alat komunikasi yang mengirimkan pesan dalam bentuk kode Morse melalui impuls listrik putus-
putus. Telegraf dikembangkan pertama kali tahun 1809.
22
24