Booklet PHX #26: Post-Literacy | Page 25

runtuhnya modernisme dalam kritik posmodernisme bersanding dengan munculnya fenomena baru di dunia literasi. Meskipun jelas sebab dan asal-usulnya fenomena itu tidak lah sederhana, karena menyangkut berbagai aspek, terutama perkembangan teknologi. Jika posmodernisme seakan ‘disengaja’ karena dipicu oleh manusia itu sendiri, yang mulai kehilangan kepercayaan terhadap keagungan narasi besar modernisme, fenomena pasca-literasi seakan muncul secara natural sebagaimana literasi lahir secara natural sebagai efek langsung dari berkembangnya agrikultur dan hirarki masyarakat. Hiperteks, Sebuah Era Baru Sebelumnya penulis mohon maaf untuk anak yang berkelut di bidang teknologi informasi karena penulis mengadopsi istilah mereka untuk pemaknaan lain. Hiperteks di sini bukanlah teks pembangun halaman di internet. Dalam hal ini, penulis menyebut hiperteks 22 sebagai teks bentuk baru, teks yang tidak sekadar aksara, teks yang telah memperluas makna literasi menjadi apa yang kemudian disebut dengan transliterasi. Munculnya hiperteks, sebagai konsekuensi logis dari berkembangnya teknologi multimedia yang sangat terinterkoneksi, menariknya, memunculkan beberapa dampak yang berpengaruh juga pada pola pikir manusia, sebagaimana dulu literasi mempengaruhi pola pikir manusia. Pada tahap awalnya, menyampaikan informasi dari satu belahan dunia ke belahan lain haruslah murni menggunakan teks tertulis. Itu pun memakan waktu yang tidak sebentar. Antara penyampai informasi dan penerima informasi terpisah jarak dan waktu, yang sesungguhnya merupakan ciri paling khas dari literasi. Keterpisahan itu berubah pertama kali ketika teknologi telegraf muncul, yang paling tidak membuat batasan waktu semakin bisa ditembus, meski segalanya masih dalam bentuk teks tertulis. Telegraf 23 digantikan kemudian oleh telepon yang membuat informasi yang tersampaikan tidak hanya teks tertulis, namun suara atau audio, meski masih bersifat person-to-person. Perkembangan lebih lanjut kemudian diikuti radio yang memungkinkan broadcast informasi sehingga seperti buku, informasi bisa tersampaikan ke orang banyak namun melalui suara. Pada titik ini, kita mungkin perlu berhenti sejenak. Ingat sesuatu yang berkaitan dengan komunikasi berpusat pada pendengaran? Ya! Radio bersifat ‘mirip’ seperti bagaimana penyampaian informasi pada masyarakat bertradisi lisan. Suara dengan                                                              Penulis menggunakan istilah hiperteks di sini mengingat istilah hiper- bermakna ‘di-atas’, atau ‘berlebihan’ (KBBI Edisi V), sehingga perluasan makna teks menjadi tidak sekedar aksara merupakan bentuk teks yang berada ‘di atas’ teks aksara. Istilah hiperteks dalam konteks ini digunakan juga pada [8]. 23 Alat komunikasi yang mengirimkan pesan dalam bentuk kode Morse melalui impuls listrik putus- putus. Telegraf dikembangkan pertama kali tahun 1809. 22 24