Booklet PHX #26: Post-Literacy | Page 22

kita mendengar, seluruh suara yang ada di sekeliling kita saat itu akan masuk semua ke dalam telinga, sedangkan tidak untuk mata. Hal ini membuat suara begitu utuh dan menyeluruh, begitu kontekstual. Selain itu, suara juga memiliki interioritas 10 yang membuatnya melebur bersama pengalaman sang pemilik suara, sehingga seakan seluruh kosmos adalah peristiwa yang berlangsung dimana manusia adalah pusatnya sekaligus bagian darinya. Ini berbeda dengan budaya literasi dimana informasi hadir dalam teks yang mewujud secara materiil dan terpisah, sehingga informasi itu tercerabut dari seluruh jagad kontekstualnya dan akhirnya dunia hanyalah obyek yang ada di depan mata. Semua itu berefek pada daya pikir masyarakat literasi yang cenderung memilah, memisah, memecah, menganalisis, membedakan, dan mengelompokkan yang merupakan syarat perlu sebuah pikiran kritis, obyektif, dan abstrak. Tradisi lisan bersifat lebih kontekstual, konkret, subyektif, menyatu bersama kehidupan dan keseharian, serta bertendensi pada kelompok ketimbang individu. Selain itu, tradisi lisan lebih reaktif karena sangat terkait dengan kejadian langsung, tanpa ada jeda atau medium apapun. Di sisi lain, budaya 11 literasi lebih berjarak, sehingga informasi yang masuk akan melalui wilayah refleksi dan interpretasi kritis terlebih dahulu sebelum menghasilkan reaksi. Kita tidak mungkin tiba-tiba memarahi penulis ketika tengah membaca buku yang ditulisnya. Efek ini mungkin terkesan sederhana, namun ia sangat mendasar dan kontras sehingga sesungguhnya literasi mengubah radikal pikiran manusia. Salah satu penelitian dari Alexander Luria pada 1931 terhadap beberapa subyek buta huruf 12 , sebagaimana dikutip oleh Ong sendiri, menunjukkan hal ini secara jelas. Ketika Luria mencoba menunjukkan beragam bentuk geometris, subyek tersebut lebih mengidentifikasinya dengan hal-hal yang terkait dengan kehidupannya secara konkrit, seperti lingkaran akan disebut sebagai piring, saringan, ember, atau rembulan. Selain itu, ketika diberi pertanyaan “Di Utara Jauh 13 yang bersalju, semua beruang berwarna putih. Novaya Zembla berada di Utara Jauh dan di sana selalu bersalju. Apa warna beruangnya?”, maka jawabannya adalah “Saya tidak tahu, saya pernahnya melihat beruang warna hitam, tidak pernah selain itu. Tiap daerah punya jenis binatang sendiri”. Atau, ketika Luria meminta definisi dari pohon, ia justru mendapat perlawanan berupa tanggapan “mengapa saya harus melakukannya? Semua orang tahu apa pohon itu, mereka tidak perlu saya beri tahu.” Selain itu, Luria                                                              Bersifat menyatu bersama unsur intrinsik dari sumber suara, bahkan unsur-unsur dalamnya (interior). 11 Perbedaan penggunaan pra-nomina antara literasi dan lisan, dimana literasi disebut ‘budaya’ dan ‘lisan’ lebih disebut tradisi, disebabkan kelisanan memang lebih berupa kebiasaan keseharian yang sangat menyangkut pengalaman bersama, sedangkan literasi lebih berbentuk hasil materiil, seperti karya, produk, dan cara berpikir. 12 mewakli masyarakat bertradisi lisan 13 Translasi langsung dari Far North yang merujuk ke daerah dalam lingkaran artik. 10 21