Asatunews Magazine - edisi 02 Okt - Nov 2013 | Page 28

DUNIA Suriah, Konflik Sektarian yang Sulit Dihentikan FOTO: ISTIMEWA Lebih dari 110.000 orang telah tewas dalam Konflik di Suriah yang terjadi sejak Maret 2011 hingga kini sudah menelan korban lebih dari 110.000 orang tewas. O bservatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan, jumlah korban sejak pemberontakan yang telah berlangsung 29 bulan itu kini mencapai 110.371 orang, dengan setidaknya 40.146 warga sipil tewas, termasuk hampir 4.000 perempuan dan lebih dari 5.800 anak-anak. Kelompok itu, yang bergantung pada data dari jaringan para aktivis, do kter dan pengacara di seluruh Suriah, mengatakan 21.850 tentara pemberontak juga tewas. Di sisi rezim, kelompok itu melaporkan bahwa korban tewas sedikitnya 27.654 tentara angkatan darat, 17.824 milisi pro-rezim dan 171 anggota kelompok Syiah Hizbullah, Lebanon, yang mengirim petempurnya berperang bersama tentara Suriah. Kelompok itu menghitung 2.726 orang tak dikenal lain yang tewas dalam 28 pertempuran di seluruh negara yang dilanda perang itu. Angka-angka itu merupakan bukti tingkat kekerasan yang melanda Suriah, yang telah porakporanda oleh perang saudara yang bermula dengan demonstrasi damai untuk menuntut perubahan rezim. Pada 21 Agustus lalu, ratusan orang tewas Bashar al-Assad dalam dugaan serangan gas beracun yang diduga dilakukan rezim Assad, yang sejumlah negara Barat dan Arab menuduh serangan gas beracun itu telah dilakukan rezim Bashar al-Assad. Namun klaim tersebut disangkal rezim Assad. Adanya tuduhan serangan senjata kimia inilah yang menyebabkan Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa Barat semula ingin disudahi dengan serangan terbatas pesawat tempur Amerika Serikat atas target-terget tentara rezim Assad. Namun, rencana serangan ini dibatalkan AS, setelah adanya usulan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang disponsori Cina dan Rusia, dua sekutu Rezim Assad yang meminta AS dan edisi 2/th. I | Okt - Nov 2013 sekutunya membatalkan serangan sekutu terhadap rezim Assad, dengan meminta Rezim Assad memusnahkan senjata kimia yang dimilikinya. Tentu saja pembatalan ini mengecewakan Arab Saudi yang bersama sekutunya menginginkan rezim Assad dihukum. Selain itu Arab Saudi yang dikenal sebagai Kerajaan yang secara resmi bermashab Ahlul Sunnah Waljamaah , atau Sunny, atau Salafi sangat berseberangan dengan Mashab Syiah , yaitu Kelompok Hezbollah dan Iran yang dengan gigih membantu rezim Assad ‘’membungkam’’ kelompok opposisi yang mayoritas Sunny. ‘’Sepertinya kelompok Syiah itu sulit ketemu dengan Sunny -Salafiah,’’ komentar tokoh Nahdlatul Ulama Solahudin Wahid. Jadi bila secara akidah saja berbeda, maka sulit bagi kedua kelompok ini berdamai, inilah masalahnya. ASNMJF