DUNIA
Suriah, Konflik Sektarian
yang Sulit Dihentikan
FOTO: ISTIMEWA
Lebih dari 110.000 orang
telah tewas dalam Konflik
di Suriah yang terjadi sejak
Maret 2011 hingga kini sudah
menelan korban lebih dari
110.000 orang tewas.
O
bservatorium Suriah
untuk Hak Asasi Manusia
mengatakan, jumlah korban sejak
pemberontakan yang telah berlangsung
29 bulan itu kini mencapai 110.371 orang,
dengan setidaknya 40.146 warga sipil
tewas, termasuk hampir 4.000 perempuan
dan lebih dari 5.800 anak-anak.
Kelompok itu, yang bergantung
pada data dari jaringan para aktivis,
do kter dan pengacara di seluruh
Suriah, mengatakan 21.850 tentara
pemberontak juga tewas.
Di sisi rezim, kelompok itu
melaporkan bahwa korban tewas
sedikitnya 27.654 tentara angkatan
darat, 17.824 milisi pro-rezim dan 171
anggota kelompok Syiah Hizbullah,
Lebanon, yang mengirim petempurnya
berperang bersama tentara Suriah.
Kelompok itu menghitung 2.726
orang tak dikenal lain yang tewas dalam
28
pertempuran di seluruh
negara yang dilanda
perang itu.
Angka-angka itu
merupakan bukti tingkat
kekerasan yang melanda
Suriah, yang telah porakporanda oleh perang
saudara yang bermula
dengan demonstrasi
damai untuk menuntut
perubahan rezim.
Pada 21 Agustus
lalu, ratusan orang tewas
Bashar al-Assad
dalam dugaan serangan
gas beracun yang diduga
dilakukan rezim Assad, yang sejumlah
negara Barat dan Arab menuduh serangan
gas beracun itu telah dilakukan rezim
Bashar al-Assad. Namun klaim tersebut
disangkal rezim Assad.
Adanya tuduhan serangan senjata
kimia inilah yang menyebabkan Amerika
Serikat dan sekutunya di Eropa Barat
semula ingin disudahi dengan serangan
terbatas pesawat tempur Amerika Serikat
atas target-terget tentara rezim Assad.
Namun, rencana serangan ini
dibatalkan AS, setelah adanya usulan
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
disponsori Cina dan Rusia, dua sekutu
Rezim Assad yang meminta AS dan
edisi 2/th. I | Okt - Nov 2013
sekutunya membatalkan
serangan sekutu terhadap
rezim Assad, dengan
meminta Rezim Assad
memusnahkan senjata
kimia yang dimilikinya.
Tentu saja
pembatalan ini
mengecewakan Arab
Saudi yang bersama
sekutunya menginginkan
rezim Assad dihukum.
Selain itu Arab Saudi
yang dikenal sebagai
Kerajaan yang secara
resmi bermashab Ahlul
Sunnah Waljamaah , atau Sunny, atau
Salafi sangat berseberangan dengan
Mashab Syiah , yaitu Kelompok Hezbollah
dan Iran yang dengan gigih membantu
rezim Assad ‘’membungkam’’ kelompok
opposisi yang mayoritas Sunny.
‘’Sepertinya kelompok Syiah itu
sulit ketemu dengan Sunny -Salafiah,’’
komentar tokoh Nahdlatul Ulama
Solahudin Wahid.
Jadi bila secara akidah saja
berbeda, maka sulit bagi kedua kelompok
ini berdamai, inilah masalahnya.
ASNMJF