Asatunews Magazine - edisi 01 Okt. 2013 | Page 15

LapORANKHUSUS FOTO: ISTIMEWA Rp 191,6 miliar. “Setiap termin dapat 14 persen dan itu ada 4 termin," ujar Yulianis di persidangan. Rupanya, dari 5 perusahaan Nazaruddin yang digunakan untuk membeli saham Garuda Indonesia, hanya 4 yang akan diurus pencairannya oleh Recapital. Yang tidak diurus oleh Recapital adalah PT Pacific Putra Metropolitan, yang memegang 100 juta lembar saham senilai Rp 75 miliar. “Karena, Direktur Utama PT Pacific Putra Metropolitan, Clara Maureen, sulit diminta tanda tangannya, kabur-kaburan melulu. Akhirnya seorang manajernya yang bernama Julius diangkat sebagai Direktur Utama PT Pacific Putra Metropolitan untuk menggantikan Clara dan diminta mengurus pencairan saham Garuda Indonesia yang atas nama perusahaan itu,” kata O. Untuk yang saham-saham atas nama 4 perusahaan yang akan diurus Recapital itu, skenarionya, akan dibeli oleh Thalent Pltd, sebuah perusahaan yang beralamat di Singapura. “Thalent Pltd itu sebenarnya milik Nazaruddin juga dan dijalankan oleh seorang bernama Gharet sebagai direktur utama dan Romeo sebagai komisaris. Itu tadinya perusahaan yang sudah mau bangkrut, lalu dibeli Nazaruddin dengan nilai sekitar Rp 15 miliar. Romeo itu pernah bekerja di Bank Indonesia,” papar O. Recapital bisa mengurus pengalihan saham Garuda Indonesia milik Nazaruddin yang dipecah ke empat perusahaan itu ke Thalent Pltd di Singapura. “Tapi, kemudian, Recapital meminta bukti transfer dari Thalent Pltd ke keempat perusahaan Nazaruddin itu, sebagai bukti Thalent Pltd. telah membeli saham-saham tersebut. Ya, jelas tidak ada. Karena ini kan sandiwara saja sebenarnya, mana pernah ada transfer uang untuk pembelian itu. Jadinya, saham-saham senilai Rp 225 miliar itu sekarang ada di Recapital. Jadi, yang untung Recapital,” ujar O. Kesialan Nazaruddin, menurut O, tidak sampai di sana. Sahamnya yang atas nama PT Pacific Putra Metropolitan ternyata berhasil dicairkan oleh Julius, tapi uangnya dibawa kabur. “Tapi, ini sebenarnya kesalahan Nazaruddin. Ia meminta Julius, dari hasil pencairan itu, Rp 5 miliar digunakan untuk operasional kantor dan sisanya diminta ditransfer ke rekening pribadi Liem Kiem Seng, dengan alasan sebagai pembayaran sejumlah tugboat pengangkut batu bara,” kata O. Liem Kiem Seng adalah Direktur Utama PT Ampi IT milik Nazaruddin. “Tadinya, Ampi IT itu milik Liem Kiem Seng, lalu dijual ke Nazaruddin, tapi Liem Kiem Seng tetap dipekerjakan sebagai direktur utama,” ungkap O. Ternyata, oh, ternyata, Julius diduga bekerja sama dengan Liem Kiem Seng. Mereka membawa kabur uang Nazaruddin, sekitar Rp 70 miliar. “Sampai sekarang baik Julius dan Liem Kiem Seng beserta seluruh keluarganya tidak bisa dilacak ada di mana,” ujar O. ASN-Dje FOTO: ISTIMEWA edisi 1/th. I | oktober 2013 15