LapORANKHUSUS
FOTO: ISTIMEWA
Rp 191,6 miliar. “Setiap termin dapat
14 persen dan itu ada 4 termin," ujar
Yulianis di persidangan.
Rupanya, dari 5 perusahaan
Nazaruddin yang digunakan untuk
membeli saham Garuda Indonesia,
hanya 4 yang akan diurus pencairannya
oleh Recapital. Yang tidak diurus
oleh Recapital adalah PT Pacific Putra
Metropolitan, yang memegang 100 juta
lembar saham senilai Rp 75 miliar.
“Karena, Direktur Utama PT Pacific
Putra Metropolitan, Clara Maureen, sulit
diminta tanda tangannya, kabur-kaburan
melulu. Akhirnya seorang manajernya
yang bernama Julius diangkat sebagai
Direktur Utama PT Pacific Putra
Metropolitan untuk menggantikan Clara
dan diminta mengurus pencairan saham
Garuda Indonesia yang atas nama
perusahaan itu,” kata O.
Untuk yang saham-saham atas
nama 4 perusahaan yang akan diurus
Recapital itu, skenarionya, akan dibeli
oleh Thalent Pltd, sebuah perusahaan
yang beralamat di Singapura. “Thalent
Pltd itu sebenarnya milik Nazaruddin
juga dan dijalankan oleh seorang
bernama Gharet sebagai direktur
utama dan Romeo sebagai komisaris.
Itu tadinya perusahaan yang sudah
mau bangkrut, lalu dibeli Nazaruddin
dengan nilai sekitar Rp 15 miliar.
Romeo itu pernah bekerja di Bank
Indonesia,” papar O.
Recapital bisa mengurus
pengalihan saham Garuda Indonesia
milik Nazaruddin yang dipecah ke
empat perusahaan itu ke Thalent Pltd
di Singapura. “Tapi, kemudian, Recapital
meminta bukti transfer dari Thalent Pltd
ke keempat perusahaan Nazaruddin
itu, sebagai bukti Thalent Pltd. telah
membeli saham-saham tersebut. Ya,
jelas tidak ada. Karena ini kan sandiwara
saja sebenarnya, mana pernah ada
transfer uang untuk pembelian itu.
Jadinya, saham-saham senilai Rp 225
miliar itu sekarang ada di Recapital. Jadi,
yang untung Recapital,” ujar O.
Kesialan Nazaruddin, menurut O,
tidak sampai di sana. Sahamnya yang
atas nama PT Pacific Putra Metropolitan
ternyata berhasil dicairkan oleh Julius,
tapi uangnya dibawa kabur. “Tapi, ini
sebenarnya kesalahan Nazaruddin. Ia
meminta Julius, dari hasil pencairan itu,
Rp 5 miliar digunakan untuk operasional
kantor dan sisanya diminta ditransfer
ke rekening pribadi Liem Kiem Seng,
dengan alasan sebagai pembayaran
sejumlah tugboat pengangkut batu
bara,” kata O.
Liem Kiem Seng adalah Direktur
Utama PT Ampi IT milik Nazaruddin.
“Tadinya, Ampi IT itu milik Liem Kiem
Seng, lalu dijual ke Nazaruddin, tapi
Liem Kiem Seng tetap dipekerjakan
sebagai direktur utama,” ungkap O.
Ternyata, oh, ternyata, Julius
diduga bekerja sama dengan Liem
Kiem Seng. Mereka membawa kabur
uang Nazaruddin, sekitar Rp 70 miliar.
“Sampai sekarang baik Julius dan Liem
Kiem Seng beserta seluruh keluarganya
tidak bisa dilacak ada di mana,” ujar O.
ASN-Dje
FOTO: ISTIMEWA
edisi 1/th. I | oktober 2013
15