LapORANKHUSUS
FOTO: ISTIMEWA
Beranak pinak daam
l
waktu yang tak terlampau
lama. Nazaruddin itu baru
masuk ke Jakarta ta un 2006
h
dan ketika itu mobilnya ha
nya minibus yang biasan
dipakai un uk ang utan kota
t
k
zaman dulu. Di kemudian
a
di jak masuk ke Partai De
a
mokrat oleh Bert a Herawati,
h
se rang notaris yang sudah
o
masuk Partai Demokrat
terlebih dulu dan menjadi
pengurus partai.
Saham Garuda Terpuruk
Karena sama-sama kader baru
di Partai Demokrat, Nazaruddin cepat
akrab dengan Anas Urbaningrum.
“Selain itu, Nazaruddin memang ingin
sekali bisa dekat dengan Anas. Karena,
ia pernah bilang ke saya, ibunya
berpesan agar ia belajar politik kepada
Anas Urbaningrum. Ibu Nazaruddin itu
mengagumi Anas, sebagai orang muda
yang hebat,” papar O.
14
Tak lama masuk Partai Demokrat,
Nazaruddin sudah dipercaya menjadi
pejabat sementara bendahara umum.
“Dalam waktu yang tidak begitu
lama setelah memegang jabatan itu,
perusahaannya yang biasanya hanya
menangani kurang dari sepuluh proyek
per tahun kontan kebanjiran proyek.
Nazaruddin meraup untung besar.
Apalagi, ia sebagai pejabat sementara
bendahara umum partai yang sedang
berkuasa juga mendapat setoran dari
para pimpinan BUMN. Perusahaannya
pun terus beranak, menjadi 80
perusahaan, dan punya 7 gedung
perkantoran di Jakarta. Bahkan, mobil
pribadinya saja ada 60,” kata O.
Namun, keberuntungan tidak
berpihak kepada Nazaruddin ketika
membeli saham perdana Garuda
Indonesia. Iming-iming keuntungan
yang dijanjikan Munadi Herlambang
ternyata jauh panggang dari api.
“Bahkan, hanya dalam tempo
sehari, harga saham itu jatuh 30 persen.
Ketika ditanya, Munadi Herlambang
bilang, tunggu dulu saja seminggu. Eh,
seminggu kemudian malah tambah
merosot harganya. Nazaruddin marah
besar. Dia lalu mengontak Direktur
Utama Mandiri Sekuritas, Harry M
Supoyo. Nazaruddin ingin uangnya
dikembalikan. Nazaruddin bahkan
sempat memaki Harry Supoyo,” tutur O.
Sumber kami, O, menganggap
marah besarnya Nazaruddin yang
seperti itu bukanlah hal aneh bagi dia.
Karena, Nazaruddin memang orang
tempermental dan biasa bertingkah
seperti itu.
“Dia suka marah dan ngamuk
tanpa mengenal tempat. Bahkan, istrinya
sendiri pernah ia marahi habis-habisan
di depan orang banyak, di ruang rapat
salah satu perusahaannya,” ujar O.
Walau sudah biasa melihat
Nazaruddin seperti itu, O mengaku
pernah merasa sangat takut melihat
Nazaruddin murka. “Ya, waktu marah
edisi 1/th. I | oktober 2013
besar ketika harga saham Garuda
Indonesia yang dia beli anjlok,” tutur O.
Bisa dimaklumi juga kalau
Harry M Supoyo ciut nyalinya melihat
kemaharan Nazaruddin, apalagi
mengingat posisi Nazaruddin di Partai
Demokrat. “Harry Supoyo mencoba
menenangkan Nazaruddin. Dia
menjanjikan akan mencari cara agar
Nazaruddin tidak rugi banyak. Ia pun
memberikan saham Bank Mandiri
senilai Rp 50 miliar, tanpa Nazaruddin
atau perusahaannya mengeluarkan
uang seperak pun. Hanya dalam
kurang dari tiga minggu, saham Bank
Mandiri itu sudah menghasilkan
keuntungan Rp 9 miliar. Rencananya,
dengan cara seperti itulah uang
Nazaruddin yang Rp 300,8 miliar
itu dikembalikan. Tapi, rencana itu
tak sampai benar-benar terwujud,
kasus Nazaruddin sudah muncul ke
permukaan dan Nazaruddin kabur ke
Singapura,” tutur O.
Di Singapura, Nazaruddin tak
lupa dengan uangnya yang masih ada
di Indonesia. Maka, dia memutar akal
agar uangnya yang Rp 300,8 miliar bisa
diangkut ke Singapura dengan aman.
“Dia pun meminta perusahaan investasi
dan manajemen aset Recapital, yang
salah satu pendirinya adalah Sandiaga
Uno, untuk mengurus pencairan saham
Garuda,” kata O.
Nazaruddin dan Sandiaga
Uno kabarnya memang sohib, walau
Sandiaga membantah kenal Nazaruddin.
Menurut kabar, perusahaan kon