Jihoon mendesah. Seketika dia sakit kepala. Kumpulan orang-orang tolol alamiah, keluhnya
dalam hati. Mungkin dibesarkan dikelilingi berbagai macam bunga membuatnya memiliki
jiwa romantis yang lebih tinggi daripada teman-teman sebayanya. Dia pun berdiri, beranjak
dari meja laknat itu untuk melakukan kegiatan favoritnya: menyepi.
***
Malam kian larut. Semua berjalan begitu cepat, meski bukan tanpa suka dan duka, terutama
bagi Jeonghan dan Joshua (dan Seungcheol, mengingat dirinyalah korban pelepas stres kedua
anak lelaki itu). Persiapan di sekolah, persiapan di pertokoan mereka… belum lagi memasti-
kan nilai akademik mereka tidak terancam untuk bisa lulus dan melanjutkan ke jenjang
berikutnya. Jujur saja, andai mereka bukan Jeonghan dan Joshua, mungkin mereka takkan
mampu menyelesaikan itu semua.
Tapi, nyatanya, mereka mampu. Dan pesta kostum di aula olahraga sekolah berlangsung
dengan riuh, namun menyenangkan. Joshua dengan kostum butler-nya tertawa manis di
sebelah Jeonghan sang vampir, yang tak henti-hentinya menantang Seungcheol dalam
kostum werewolf untuk adu minum dengannya, yang mana kemudian menarik perhatian
beberapa orang di sekitar mereka untuk memulai sebuah pertandingan dadakan. Di luar
dugaan Joshua, Seungcheol dan Jeonghan kalah dari anggota OSIS termuda mereka, Lee
Chan.
Lee Chan seyogyanya adalah anggota OSIS yang baru saja mereka rekrut tahun ini, tapi juga
anak lelaki termuda dalam circle mereka yang merupakan calon penerus toko kue tradisional
Jepang di jalan pertokoan. Jeonghanlah yang mengajak (baca: menculik) Chan agar mau
menemaninya sebagai anggota OSIS. Sambil memutar bola mata, Chan menyetujui pintanya.
Persis di sebelah Chan, berdiri Kwon Soonyoung dalam kostum harimaunya dan Wen Junhui
dalam kostum… err… apakah itu kostum hotdog lengkap dengan sayur? Yah well. Apa pun
yang mereka kenakan sebenarnya tidak masalah, selama masih berpakaian senonoh. Joshua
hanya lega Soonyoung tidak datang ke pesta ini mengenakan kostum ‘sopan tapi bajin-
gan’-nya yang kemarin sempat ia tanyakan pendapatnya pada Joshua.
Memutar kepala, Joshua bisa menemukan Kim Mingyu si anak penjaga toko bento, kostumn-
ya seolah ia berusaha menjadi kepala geng motor, sedang berdebat kusir dengan Xu Minghao.
Minghao ahli dalam jahit-menjahit dan ia tengah memarahi Mingyu yang mengenakan
kostum berantakan di matanya. Ia sendiri mengenakan topi dan jas, menjadi mafia yang
perlente. Joshua menghela napas. Sungguh tak ingin berada di antara mereka, ia melipir ke
meja di mana terdapat mangkuk punch.
“Joshua~”
Ia menoleh dan menemukan seraut wajah tersenyum ceria seperti di emoji handphone. “Seok-
kie,” tersenyum, ia, pada anak lelaki yang mengenakan kostum…. hah? Senyum Joshua
langsung lenyap, digantikan kerut bingung di antara dua alis. “Mmm… Seok, kamu pakai