albashiroh MAJALAH edisi 53 | Page 30

RIJALUNA 30 Amr bin Jamuh: Syahid Saat Melindungi Rasulullah O “.....berangkatlah Amr bin Jamuh beserta putra-putranya setelah mengucap salam perpisahan layaknya seorang musafir yang takkan pernah kembali.” Foto Istimewa rang-orang mengenal lelaki itu sebagai pemimpin Bani Salamah yang dihormati penduduk Madinah karena sangat der- mawan dan suka menolong. Meskipun begitu, saat penduduk madinah berbondong-bon- dong memeluk Islam, Amr bin Jamuh masih mem- percayai berhala yang disembahnya. Lelaki tua itu mempunyai sebuah berhala kayu dengan ukiran terbaik yang diberi nama Manaf. Telah menjadi kebiasaan bagi bangsawan jahiliyah untuk mene- mpatkan patung di rumah masing-masing.Dengan demikian, mereka beranggapan bisa mengambil berkah sekaligus menjadikannya sebagai pelindung dari marabahaya. Semenjak bersinarnya Islam di kota Ma- dinah, keluarga Amr bin Jamuh sendiri pun diam- diam mengikrarkan janji tauhid dan memantapkan hati mereka untuk menerima ajaran Rasulullah melalui Mush’ab bin ‘Umair tanpa sepengetahuan lelaki itu. Seiring waktu, hati istri Amr bin Jamuh beserta anak-anaknya pun gelisah di siang malam. Pikiran mereka kalut dengan keadaan lelaki yang sudah menginjak umur 60 tahun, namun tak juga tergetar untuk ber-Islam. Sebaliknya, Amr bin Jamuh sendiri merasa khawatir jika anak-anaknya akan berpaling dari ag- ama nenek moyangnya tersebut. “Wahai Hindun, berhati-hatilah dalam men- jaga anak-anakmu. Jangan sampai mereka bertemu orang itu (Mush’ab bin ‘Umair), ”ucap Amr dalam kekalutan tak tertahan. Sebagai istri shalihah, Hindun menjawab perkataan suaminya dengan lemah lembut dan menyarankan lelaki itu mendengarkan sendiri per- nyataan langsung dari anak-anaknya tentang dak- wah Mush’ab bin ‘Umair di kota mereka. Maka, kala itu dipanggillah Muadz.