20 NGAJI TAFSIR
negeri tersebut. Contohnya dari sisi penghasilan. Para nelayan akan mudah dalam mencari ikan yang banyak. Padi, sayur-sayuran, rempah-rempah dan tanaman lainnya akan tumbuh subur dan memberi hasil yang banyak bagi petani. Para pedagang pun akan senang dengan dagangannya yang selalu laris. Dari sisi pendidikan juga, sekolah-sekolah akan mencetak bangsa yang pintar dan cerdas. Walhasil, semua yang ada dalam negeri itu akan diberi keberkahan oleh Allah dari segala sisi. Dan kita tidak perlu khawatir dengan kebohongan berita ini, karena ini adalah janji Allah dan Dia tidak pernah mengingkari janji sebagaimana firman-Nya yang berbunyi:
Foto Istimewa
“ Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.”( QS. Ali Imran: 9).
Namun, hal yang sebaliknya bisa terjadi. Sebuah negeri yang mana penduduknya menentang perintah Allah dan bermaksiat, maka azab Allah akan turun kepada mereka. Seperti jika penduduk suatu negeri meninggalkan shalat lima waktu, tidak berpuasa di bulan Ramadhan atau halhal lain yang diperintahkan Allah. Zina dihalalkan, korupsi merajalela dan semacamnya menjadi penyebab turunnya azab.
Rampung dari ayat tersebut, Allah melanjutkan dengan memberi peringatan dalam bentuk pertanyaan. Setelah melakukan berbagai maksiat, apakah penduduk negeri tersebut merasa aman dari datangnya azab Allah? Padahal azab turun tidak mengenal waktu. Bisa saja ketika mereka terlelap dalam tidur, terlena dengan mimpi di malam hari, dan tanpa mereka sadari, gempa mengguncang rumah megah yang mereka banggakan. Atau ketika mereka sedang sibuk di siang hari, tanpa ada peringatan, tsunami pun datang melahap habis mereka beserta nikmat-nikmat yang lupa mereka syukuri. Jika kita tidak tahu kapan azab akan turun, akankah kita merasa aman? Sesungguhnya tidak ada orang yang merasa aman dari azab kecuali dia adalah orang yang merugi.
Keadaan Indonesia tidak berbeda jauh dengan yang digambarkan ayat ini. Berbagai kenikmatan tersebar di seluruh pelosok negeri, begitu pula kemaksiatan yang semakin merajalela. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka kita tinggal menunggu azab yang akan datang. Tidak cukupkah Tsunami Aceh sebagai pengingat? Apakah letusan gunung merapi tidak cukup menasihati kita? Mungkin, kita sudah melupakan peristiwa tersebut dan menganggapnya hanyalah bencana alam yang biasa. Tapi, masihkah kita ingin hal seperti itu terjadi lagi? Sekarang, pilihan ada di tangan kita. Kita bisa mensyukuri nikmat yang diberikan dengan menaati segala perintah Sang Pemberi Nikmat, atau melupakannya dan membiarkan negara ini hancur dengan sendirinya.( Tuan Roja)
Referensi: Tafsir al Jalalain, Hasyiah al Shawi.
Pemerintah Indonesia tentu menjadi tolak ukur kesejahteraan Indonesia