16 WAWANCARA
ULAMA, SANTRI dan NKRI
S
udah terlalu banyak peran dan jasa yang sen-
gaja dilupakan. Terlebih tentang Ulama dan
santri dalam membela NKRI. Sejarah seak-
an bertolak belakang dan terkesan meng-
abaikan. Mengapa hal ini mudah sekali dilakukan
oleh pihak-pihak yang sengaja menggores sebuah
catatan salah terhadap pembela kemerdekaan? Da-
rah dan jiwa yang dikorbankan sedikitpun tak men-
jadikan sebuah pelajaran. Bahkan catatan tentang
mereka sengaja dihapus dan dihilangkan. Yuk kita
simak dengan seksama hasil wawancara redaksi
majalah al Bashiroh dengan Alumni LemHanNas RI
2011, Prof. Dr. H. Mohammad Baharun, SH, MA*
Menurut pendapat Anda, apa sih sebenarnya po-
sisi Ulama dan santri dalam NKRI?
Posisi Ulama beserta para santrinya dalam
konteks
lahirnya NKRI sangat strategis.
Karena mereka termasuk
pendiri bangsa ini bersa-
ma negarawan Muslim
lainnya seperi Soekar-
no Hatta. Posisi dan
peran ini harus ter-
us dipegang agar
bangsa ini pun-
ya rujukan
yang
jelas.
Mungkin dahulu, Ulama dan santri harus men-
gangkat senjata dalam mempertahankan NKRI,
kalau sekarang, apa yang kiranya bisa dilakukan?
Kalau dahulu di masa perjuangan fisik me-
mang angkat senjata karena kolonialisme datang
untuk menjajah secara militer maka kita hada-
pi secara fisik juga. Tetapi sekarang penjajahan
fisik itu tidak ada. Yang ada penjajahan secara
sosio-politik, ekonomi dan budaya. Ini lebih be-
rat dan berbahaya. Maka untuk menghadapi ini
diperlukan: Pertama ketahanan aqidah, karena
sasaran post-kolonialisme ini adalah pelemah-
an semangat beragama. Kedua, ketahanan so-
sio-ekonomi keumatan karena sektor ini kini telah
secara nyata didominasi oleh minoritas yang anti
Islam. Ukhuwwah umat harus mampu memban-
gkitkan keduanya secara simultan untuk mengha-
dapi kondisi objektif seperti ini.
Ada yang berpendapat bahwa, yang dibutuhkan
rakyat adalah pendidikan yang relevan dengan
perkembangan zaman, sementara pendidikan
pesantren sudah tidak relevan lagi. Bagaimana
Anda menanggapi pernyataan tersebut?
Rakyat sesungguhnya membutuhkan
keduanya. Pendidikan umum dan pendidikan ag-
ama (pesantren) tidak bisa didikotomikan. Kita
hidup di dunia tentu membutuhkan ilmu yg ber-
kaitan dengan keduniaan. Namun kita juga perlu
ilmu yang menyangkut urusan akhirat. Karena hal
ini yang akan kita andalkan untuk kehidupan yang
lebih abadi. Bukankah dalam setiap menutup do’a
sholat kita selalu memohon: Rabbana Atina
fiddunya hasanah wa fil Akhirati hasanah
(Tuhan, karuniakan kepada kami ke-
bahagiaan di dunia dan
kebaha-
giaan