Hikmah
Mengapa Seorang Muslim Pantas Jadi Pemimpin?
Pada zaman sekarang semakin ramai orang berlomba-lomba mengejar jabatan, berebut kedudukan
sehingga menjadikannya sebagai sebuah obsesi hidup. Menurut mereka yang menganut paham atau
prinsip ini, tidak lengkap rasanya selagi hayat dikandung badan, kalau tidak pernah (meski sekali)
menjadi orang penting, dihormati dan dihargai di masyarakat.
Jabatan baik formal maupun informal di negeri kita Indonesia dipandang sebagai sebuah "aset",
karena ia baik langsung maupun tidak langsung , berkonsekuensi kepada berbagai iming-iming
material: keuntungan, kelebihan, kemudahan, kesenangan, dan setumpuk keistimewaan lainnya.
Maka tidaklah heran menjadi pemimpi seperti kepala daerah, gubernur, bupati, walikota, anggota
dewan, direktur dan sebagainya merupakan impian dan obsesi semua orang. Ini menggejala mulai
dari kalangan politikus, purnawirawan, birokrat, saudagar, tokoh masyarakat, bahkan sampai kepada
artis dan atau bahkan masyarakat pada umumnya.
Mereka berebut mengejar jabatan tanpa mengetahui siapa sebenarnya dirinya, bagaimana
kemampuannya, dan laikkah dirinya memegang jabatan (kepemimpinan) tersebut. Parahnya lagi,
mereka kurang (tidak) memiliki pemahaman yang benar tentang hakikat kepemimpinan itu sendiri.
Karena menganggap jabatan adalah keistimewaan, fasilitas, kewenangan tanpa batas, kebanggaan dan
popularitas. Padahal jabatan adalah tanggung jawab, pengorbanan, pelayanan, dan keteladanan yang
dilihat dan dinilai banyak orang. Terlebih, akan dipertanggungjawabkan di mata Z[