Al-Islam Magazine Edisi 4, Juni 2014 | Page 15

at-Taubah [9]:54). Dengan demikian, yuk kita periksa diri kita adakah rasa malas ketika azan telah memanggil kita untuk shalat? Cermati sikap kita dengan sering mengatakan, koq sudah azan dzuhur lagi, ya? Atau wah sudah azan ashar lagi, nih? Juga kebiasaan kita sering menunda-nunda shalat hingga melakukan shalat jelang akhir waktu. Bisa jadi hal di atas merupakan indikasi adanya sifat kemunafikan dalam diri kita, karena ada unsur malas memenuhi panggilan shalat. Naudzubillahi min dzalik. Sebagusnya, bersegeralah mengambil wudlu sebelum azan, lalu – bagi laki-laki – usahakan pergi ke masjid – dengan berbusana terbaik dan memakai wewangian/parfum). Laksanakan shalat tahiyatul masjid dan menunggu azan dikumandangkan serta mengikuti shalat berjamaah. Selesai azan, hendaknya diikuti shalat sunat qabliyah (shalat sunat rawatib sebelum shalat fardlu), yaitu khususnya untuk shalat dzuhur dan subuh (ada yang berpendapat juga pada shalat maghrib dan isya). Sikap di atas menunjukkan kesungguhan diri dalam memenuhi panggilan shalat. Mengenai hal ini Ibnu Mas’ud ra., menanyakan kepada Rasulullah saw., katanya, "Saya bertanya kepada Rasulullah, "Manakah amalan yang lebih utama?" Beliau menjawab: "Yaitu shalat tepat pada waktunya." Saya bertanya lagi, "Kemudian amalan apakah?" Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua orang tua." Saya bertanya pula, "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab, "yaitu berjihad fi-sabilillah." (Muttafaq ‘alaih). Dan Allah telah menyerukan, “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli” . (QS. al-Jumuah [62]:9). Hal ini juga merupakan petunjuk untuk bersegera dalam melaksanakan shalat. 3. Bersuci. Badan, busana yang dipakai, dan tempat yang suci adalah prasyarat shalat. Karena al-Islam.my.id | Edisi 4 - Sya’ban 1435 H | Juni 2014 itu, kita upayakan untuk melaksanakan wudlu dengan sempurna, agar memenuhi syarat badan kita suci dari hadas besar maupun kecil. Secara umum cara berwudlu, termasuk tayamum (jika tidak ada air yang memadai), telah dipaparkan dengan gamblang di dalam Al-Qur’an, surah alMaidah [5]:6. Suci lahiriah dan batiniah merupakan persiapan yang paling baik sebelum melaksanakan shalat. Saat Shalat Berbagai hal menghalangi orang untuk dapat mencapai kualitas shalat yang kokoh. Termasuk kita. Oleh karena itu marilah kita periksa, bagaimanakah adab kita saat melaksanakan shalat yang mengandung makna kita berhadapan langsung dengan Allah Swt. dan memanjatkan serangkaian do’a. Perhatikan beberapa aspek penting saat kita shalat berikut ini: 1. Khusyuk. Khusyuk menurut istilah syara’ yang mengandung arti keadaan jiwa yang tenang dan tawadhu’ (rendah hati). Pengaruh khusyuk dalam hati ini akan menjadi penghulu anggota tubuh lainnya untuk bisa bersikap khusuk. Dan suatu pencapaian dalam shalat ini memang cukup berat namun hal itu merupakan satu kondisi yang harus kita dapatkan. Di dalam Qu’ran Allah berpesan, “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”. (QS. al-Baqarah [2]:45). “Jagalah shalat-shalat dan shalat wustha. Dan berdirilah (kalian semua) karena Allah (dalam shalat) dengan khusyuk ” (QS. al-Baqarah [2]:238). Serta, ‘’Orang yang khusyuk dalam shalatnya akan memperoleh kemenangan’’ (QS, al -Mukminun [23]:2). 2. Tumaninah. Tidak sedikit orang mengerjakan shalat dengan terburu-buru. Misalnya, dahinya belum sempat menyentuh lantai (ketika sujud) sudah bangkit lagi. Orang yang shalatnya tidak tumaninah termasuk yang lalai dalam shalat (QS. al-Ma’un [107]:5) sehingga 15