Al-Islam Magazine Edisi 4, Juni 2014 | Page 14

berikut: (Ibrahim berdo’a) “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do’aku”. (QS. Ibrahim [14]:40). “Dan dia (Ismail) menyuruh keluarganya untuk (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat, dan dia seorang yang diridhai di sisi Tuhannya” (QS. Maryam [19]:55). “Wahai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting”. (QS. Luqman [31]:17). “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya”. (QS. Thaha [20]:132). Jika peranan dan fungsi shalat begitu penting bagi seorang mukmin, lalu mengapa ada orang yang shalat tetapi tetap berbuat maksiat? Tetangganya tidak aman oleh sikap dan katakatanya yang menyakitkan, sering berbuat dzalim dan sebagainya? Seandainya di antara kita masih ada yang seperti itu, yaitu STMJ (Shalat Terus Maksiat Jalan) maka kita perlu mewaspadai dan memeriksa shalat yang selama ini kita lakukan. Jangan-jangan ada yang tidak sesuai. Jangan pula sampai kita diingatkan Allah dengan peringatan keras seperti dalam surah alMa’un, “Maka celakalah orang yang shalat”. (QS. al-Ma’un [107]:4). Untuk memeriksa kualitas shalat kita, maka kiranya perlu ditelaah beberapa hal penting dalam rangkaian praktik shalat kita sejak sebelum shalat, pada saat, hingga sesudah shalat kita laksanakan. Sebelum Shalat Beberapa hal yang harus mendapat perhatian sebelum kita shalat, antara lain: pertanyaan, selama ini untuk apa shalat kita laksanakan. Posisi niat sangat penting. Niat merupakan pangkal perbuatan, dan segala amal perbuatan manusia dinilai dari niatnya: “Innama ‘amalu binniyat”. Seharusnya niat kita hanya untuk dan karena Allah semata: “Sesungguhnya hanya kepada-Mu (Allah) kami menyembah” (QS. al-Fatihah [1]:4), karena kita ini memang diciptakan untuk mengabdi kepada Allah: “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku” (QS. adz-Dzariyah [52]:56). “Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama”. (QS. al-Bayyinah [98]:5). “Katakanlah, jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan Allah pasti mengetahuinya. Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Maha kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Ali Imran [3]:29). “Katakanlah: Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. al-Anam [6]:162). Jadi, luruskanlah niat. 2. Sikap terhadap shalat. Hindarkanlah apa yang dicirikan sebagai ‘sifat orang munafik’ dalam menyikapi shalat. Perhatikan ayat berikut, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (QS. an-Nisa [4]:142). “Dan mereka tidak melaksanakan shalat, kecuali dengan malas”. (QS. yuk kita periksa diri kita adakah rasa malas ketika azan telah memanggil kita untuk shalat? 1. Niat. Evaluasilah dan luruskan niat kita dalam melaksanakan shalat dengan mengajukan 14 al-Islam.my.id | Edisi 4 - Sya’ban 1435 H | Juni 2014