berikut:
(Ibrahim berdo’a) “Ya Tuhanku, jadikanlah aku
dan anak cucuku orang-orang yang tetap
mendirikan shalat, ya Tuhan kami,
perkenankanlah do’aku”. (QS. Ibrahim [14]:40).
“Dan dia (Ismail) menyuruh keluarganya untuk
(mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat, dan
dia seorang yang diridhai di sisi Tuhannya” (QS.
Maryam [19]:55). “Wahai anakku, dirikanlah
shalat dan suruhlah (manusia) berbuat ma’ruf dan
cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk
perkara yang penting”. (QS. Luqman [31]:17).
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya”. (QS. Thaha [20]:132).
Jika peranan dan fungsi shalat begitu penting
bagi seorang mukmin, lalu mengapa ada orang
yang shalat tetapi tetap berbuat maksiat?
Tetangganya tidak aman oleh sikap dan katakatanya yang menyakitkan, sering berbuat
dzalim dan sebagainya? Seandainya di antara
kita masih ada yang seperti itu, yaitu STMJ
(Shalat Terus Maksiat Jalan) maka kita perlu
mewaspadai dan memeriksa shalat yang selama
ini kita lakukan. Jangan-jangan ada yang tidak
sesuai. Jangan pula sampai kita diingatkan Allah
dengan peringatan keras seperti dalam surah alMa’un, “Maka celakalah orang yang shalat”. (QS.
al-Ma’un [107]:4).
Untuk memeriksa kualitas shalat kita, maka
kiranya perlu ditelaah beberapa hal penting
dalam rangkaian praktik shalat kita sejak
sebelum shalat, pada saat, hingga sesudah shalat
kita laksanakan.
Sebelum Shalat
Beberapa hal yang harus mendapat perhatian
sebelum kita shalat, antara lain:
pertanyaan, selama ini untuk apa shalat kita
laksanakan. Posisi niat sangat penting. Niat
merupakan pangkal perbuatan, dan segala amal
perbuatan manusia dinilai dari niatnya: “Innama
‘amalu binniyat”. Seharusnya niat kita hanya
untuk dan karena Allah semata: “Sesungguhnya
hanya kepada-Mu (Allah) kami menyembah” (QS.
al-Fatihah [1]:4), karena kita ini memang
diciptakan untuk mengabdi kepada Allah: “Dan
tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk
mengabdi kepada-Ku” (QS. adz-Dzariyah [52]:56).
“Padahal mereka hanya diperintahkan
menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya
semata-mata karena (menjalankan) agama”. (QS.
al-Bayyinah [98]:5). “Katakanlah, jika kamu
sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau
kamu nyatakan Allah pasti mengetahuinya. Dia
mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi. Allah Maha kuasa atas segala
sesuatu”. (QS. Ali Imran [3]:29). “Katakanlah:
Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS.
al-Anam [6]:162). Jadi, luruskanlah niat.
2. Sikap terhadap shalat. Hindarkanlah apa
yang dicirikan sebagai ‘sifat orang munafik’
dalam menyikapi shalat. Perhatikan ayat berikut,
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak
menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat
mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud
riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan
tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit
sekali”. (QS. an-Nisa [4]:142). “Dan mereka tidak
melaksanakan shalat, kecuali dengan malas”. (QS.
yuk kita periksa diri kita
adakah rasa malas ketika
azan telah memanggil kita
untuk shalat?
1. Niat. Evaluasilah dan luruskan niat kita
dalam melaksanakan shalat dengan mengajukan
14
al-Islam.my.id | Edisi 4 - Sya’ban 1435 H | Juni 2014