dan Ernstsen (2015) menunjukkan bahwa pendekatan salutogenesis dapat menurunkan tingkat kecemasan dan rasa sakit. Selain itu, lewat penanganan selama 12 minggu, rasa koherensi juga dapat meningkatkan status kesehatan fungsional (functional health status) pada karyawan. Status kesehatan fungsional merupakan kemampuan seseorang untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Lalu bagaimana cara mengetahui apakah tingkat koherensi seseorang tinggi atau rendah ketika bekerja? Haoka dkk (2010) menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki tingkat koherensi yang rendah ditandai dengan rendahnya tingkat kesehatan mental, tingginya beban mental, tingginya masalah dalam hubungan dengan kolega, dan rendahnya rasa dihargai dalam pekerjaan. Karyawan yang memiliki tingkat koherensi yang rendah seringkali mendapatkan dukungan yang kurang memadai dari kolega dan atasan. Dengan demikian, adalah penting untuk menunjukkan penghargaan yang memadai ditempat kerja. Menunjukkan penghargaan ditempat kerja tidak melulu berarti gaji atau fasilitas kerja. Penghargaan terhadap karyawan dapat ditunjukkan lewat sapaan, pujian, atau percakapan ringan.
Menurut Nilsson dkk (2012, 2013), salutogenesis dalam dunia kerja terwujud lewat kapasitas untuk merefleksi diri, berpikiran terbuka, transparansi, harmoni, fleksibilitas, akuntabilitas, ketabahan, keberanian, efikasi diri, dan iklim kerja yang baik. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa rasa koherensi berhubungan positif dengan kesehatan dalam lingkungan kerja, kepuasan kerja, lingkungan kerja yang terkontrol, dukungan dari manajemen, dan pengembangan keahlian kerja.
Selain itu, penelitian Kähönen dkk (2012) juga menunjukkan bahwa pendekatan salutogenesis dapat menjadi solusi untuk penderita burnout. Tidak hanya menguntungkan bagi perusahaan, pendekatan salutogenesis juga berdampak positif pada lingkungan yang berhubungan langsung dengan perusahaan, seperti pasien dirumah sakit (Ponte dkk, 2004).
Lindmark dkk (2016) tingkat koherensi juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Semakin lama seseorang bekerja disuatu bidang atau suatu tempat, tingkat koherensinya akan meningkat. Selain itu, pekerja diperusahaan kecil cenderung memiliki tingkat koherensi yang tinggi. Meski demikian, karyawan yang berusia muda atau yang memiliki pengalaman sedikit tetap dapat memiliki tingkat koherensi tinggi seiring dengan meningkatkan pengalaman kerja, jika diberi otonomi kerja, atau jika perusahaan melakukan perubahan ditempat kerja.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa rasa koherensi, tingkat komprehensivitas, dan tingkat pengelolaan pada pasien baik yang menderita gangguan psikis maupun fisik meningkat dalam jangka waktu antara 12 minggu hingga 12 bulan dengan menggunakan pendekatan salutogenesis. Penelitian Heggdal dan Lovaas (2017) bahkan menunjukkan perubahan tingkat koherensi yang lebih tinggi pada pasien yang memiliki anak, pasien yang memiliki partner, serta pasien yang telah pensiun. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa laki-laki cenderung menunjukkan tingkat koherensi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Lebih lanjut, Heggdal dan Lovaas (2017) menunjukkan bahwa rasa koherensi perempuan meningkat secara signifikan selama pemberlakuan pendekatan salutogenesis.
12 A & O V/Mar 19