salutogenesis menunjukkan hasil yang baik. Selama 6 bulan, terapi ditujukan untuk meningkatkan rasa koherensi pasien. Pasien dan orang tua menunjukkan rasa puas terhadap pendekatan tersebut. Mereka melaporkan meningkatkan kesehatan mental, jangka waktu terapi menjadi lebih pendek, dan tingkat kambuhnya penyakit menjadi lebih rendah.
Selain itu, salutogenesis juga dapat digunakan untuk remaja dan dewasa muda yang mengalami ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder) atau penyakit akibat kesulitan berkonsentrasi dan hiperaktivitas. Penelitian yang dilakukan oleh Edbom dkk (2010) menunjukkan bahwa rasa koherensi yang tinggi dapat mempengaruhi remaja dan orang dewasa yang didiagnosa memiliki ADHD. Penelitian mereka menunjukkan bahwa ADHD yang parah ketika pasien berumur 16 tahun tetap akan sama parahnya ketika pasien berumur 21 tahun. Meski demikian, jika pasien memiliki rasa koherensi yang tinggi, simptom keparahan yang ditunjukkan ketika berumur 16 tahun tidak akan ditunjukkan ketika pasien berumur 21 tahun. Dengan demikian, rasa koherensi membantu pasien untuk menjadi lebih baik seiring dengan berjalannya waktu. Dengan kata lain, tingkat koherensi merupakan salah satu faktor pencegah parahnya penyakit gangguan jiwa.
Pada gangguan kejiwaan yang lebih berat, seperti psychophrenia dan gangguan schizoafektif, pendekatan salutogenesis pun menunjukkan manfaat. Penelitian Bengtsson-Tops dan Hasson (2008) menunjukkan bahwa studi tindak lanjut selama 18 bulan terhadap pasien psychophrenia dan gangguan schizoafektif menunjukkan dampak positif. Selama perawatan dengan pendekatan salutogenesis selama 18 bulan, pasien secara umum menunjukkan peningkatan dalam hal kualitas hidup, kesehatan, kesejahteraan, dan fungsi psikososial. Selain itu, tingkat koherensi pasien juga berhubungan positif dengan kontrol diri, harga diri, serta integrasi sosial yang memadai.
Selain digunakan untuk menangani penyakit psikis, pendekatan salutogenesis juga dapat digunakan untuk menangani gangguan fisik. Penelitian Karlsson dkk (2001) menunjukkan bahwa pendekatan salutogenesis dapat diterapkan pada pasien dengan penyakit fisik yang berat, seperti penyakit jantung, untuk dapat meningkatkan kualitas hidup. Penelitian mereka menunjukkan bahwa sebanyak 41% pasien mengalami peningkatan rasa koherensi sekitar 10% 1 tahun setelah operasi bypass jantung berlangsung. Rasa depresi, stres, dan kecemasan yang dialami sebelum operasi menurun tingkatnya setelah operasi dilangsungkan. Rasa koherensi yang dimiliki pasien membuat pasien kurang mengalami rasa kesepian, depresi, stres, dan cemas, serta tidak terlalu mengalami rasa sakit setelah 1 tahun operasi dilangsungkan.
Dunia Kerja
Pendekatan salutogenesis juga dapat diterapkan dalam dunia kerja. Penelitian Lillefjell dan Ernstsen (2015) menunjukkan bahwa pendekatan salutogenesis dapat menurunkan tingkat kecemasan dan rasa sakit. Selain itu, lewat penanganan selama 12 minggu, rasa koherensi juga dapat meningkatkan status kesehatan fungsional (functional health status) pada karyawan. Status kesehatan fungsional merupakan kemampuan seseorang untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
11 A & O V/Mar 19