The Sparks Magazine 1st Edition, 2014 | Page 28

berkumpul bermain gamelan dan belajar tentang pupuk kompos yang di jelaskan oleh Pak Wien, pemilik rumah yang menjadi base-camp kami. Banyak yang kami dapatkan dari kegiatan ini. Tidak hanya menghilangkan kejenuhan selama di sekolah dengan bermain gamelan, tetapi juga mendapat pelajaran baru mengenai pupuk kompos dan manfaatnya bagi warga setempat. Matahari mulai terbenam, dan kami diutus pulang ke rumah kami masing-masing. Malam itu, kami diajak untuk doa Rosario bersama di rumah Pak Wien, sekaligus mengadakan perpisahan dengan orang tua kami masing-masing. Entah kenapa, rasanya sedih sekali meninggalkan orang tua kami. Meskipun hanya sebentar, tapi kami 28 dapat merasakan ikatan yang ada antara kami dan keluarga baru kami. Setiap orang tua memberikan kesan dan pesan mereka untuk kami, dan ada beberapa orang tua yang menceritakan kegiatan mereka bersama anak-anak asuh mereka. Keesokan harinya kami bersiap-siang untuk pulang. Tepat pukul 6.30 pagi saya dan teman satu rumah saya, Kristi, berpamitan dengan Bu Sup dan berterima kasih karena sudah mengurus kami selama 3 hari 2 malam. Sedih rasanya meninggalkan Bu Sup, karena semenjak kepergian sang suami, Bu Sup tinggal sendiri di rumah dan setiap harinya beliau menghitung hari sampai tiba liburan sekolah dan bertemu bersama cucu-cucu tercinta. Selama perjalanan pulang kami menonton beberapa film horror dan memutar beberapa lagu karaoke. Tidak lupa juga kami berhenti di Pekalongan, pusat batik dengan harga terjangkau. Banyak yang berbelanja di sana. Jelas saja. Siapa yang tidak mau memanfaatkan harga spesial yang ditawarkan para pedagang. Setelah kami selesai berbelanja, kami melanjutkan perjalanan pulang ke Jakarta. Persediaan film semakin menipis dan kami mulai jenuh. Akhirnya kami memutuskan untuk tidur sejenak. Hari semakin larut dan belum juga kami sampai di Jakarta. Kami memutar satu film lagi, satu-satunya film yang tersisa. Tepat pukul 9 malam dan kami belum sampai. Rasa lelah mulai terasa dan akhirnya kami semua tertidur. Dan akhirnya, tepat pukul 12 malam, kami sampai di Jakarta. Kami saling berpamitan dan melambaikan tangan. Dan akhirnya kami pulang ke rumah kami masingmasing. Itulah kisah kami selama Live In di Desa Mangunsari, Magelang. Banyak pengalaman yang tidak dapat kami lupakan, dan tentunya pelajaran tentang kehidupan. ***