berkumpul bermain gamelan
dan belajar tentang pupuk
kompos yang di jelaskan oleh
Pak Wien, pemilik rumah yang
menjadi base-camp kami.
Banyak yang kami dapatkan
dari kegiatan ini. Tidak hanya
menghilangkan kejenuhan
selama di sekolah dengan
bermain gamelan, tetapi juga
mendapat pelajaran baru
mengenai pupuk kompos
dan manfaatnya bagi warga
setempat. Matahari mulai
terbenam, dan kami diutus
pulang ke rumah kami masing-masing.
Malam itu, kami diajak
untuk doa Rosario bersama
di rumah Pak Wien, sekaligus mengadakan perpisahan dengan orang tua kami
masing-masing. Entah kenapa,
rasanya sedih sekali meninggalkan orang tua kami. Meskipun hanya sebentar, tapi kami
28
dapat merasakan ikatan yang
ada antara kami dan keluarga baru kami. Setiap orang
tua memberikan kesan dan
pesan mereka untuk kami,
dan ada beberapa orang tua
yang menceritakan kegiatan
mereka bersama anak-anak
asuh mereka.
Keesokan harinya kami
bersiap-siang untuk pulang.
Tepat pukul 6.30 pagi saya dan
teman satu rumah saya, Kristi,
berpamitan dengan Bu Sup
dan berterima kasih karena
sudah mengurus kami selama
3 hari 2 malam. Sedih rasanya
meninggalkan Bu Sup, karena
semenjak kepergian sang
suami, Bu Sup tinggal sendiri
di rumah dan setiap harinya
beliau menghitung hari sampai tiba liburan sekolah dan
bertemu bersama cucu-cucu
tercinta.
Selama perjalanan pulang
kami menonton beberapa
film horror dan memutar
beberapa lagu karaoke. Tidak
lupa juga kami berhenti di
Pekalongan, pusat batik
dengan harga terjangkau.
Banyak yang berbelanja di
sana. Jelas saja. Siapa yang
tidak mau memanfaatkan
harga spesial yang ditawarkan
para pedagang. Setelah kami
selesai berbelanja, kami
melanjutkan perjalanan
pulang ke Jakarta.
Persediaan film semakin
menipis dan kami mulai
jenuh. Akhirnya kami memutuskan untuk tidur sejenak.
Hari semakin larut dan belum
juga kami sampai di Jakarta.
Kami memutar satu film lagi,
satu-satunya film yang tersisa.
Tepat pukul 9 malam dan kami
belum sampai. Rasa lelah mulai terasa dan akhirnya kami
semua tertidur. Dan akhirnya,
tepat pukul 12 malam, kami
sampai di Jakarta. Kami saling
berpamitan dan melambaikan
tangan. Dan akhirnya kami pulang ke rumah kami masingmasing.
Itulah kisah kami selama
Live In di Desa Mangunsari,
Magelang. Banyak pengalaman yang tidak dapat kami
lupakan, dan tentunya pelajaran tentang kehidupan. ***