The Sparks Magazine 1st Edition, 2014 | Page 26

contohnya saya sendiri dan teman satu rumah saya, yaitu Kristi. Dimalam saat kami sampai, orang tua kami, Bu Sup, malah menyuruh kami untuk istirahat sampai siang, mumpung keesokan harinya beliau tidak bekerja. Namun, karena kami merasa tidak enak, akhirnya kami bangun lebih pagi dan berjalanan mengelilingi kampung sambil menyapa temanteman kami yang sedang bekerja. Walaupun begitu, Bu Sup tidak pernah menyuruh kami untuk melakukan apapun. Bahkan sehabis kami makan, kami disuruh diam saja dan 26 menambah sayur lagi. Tidak hanya itu, beliau juga tidak pernah lupa menyiapkan kami air panas untuk mandi, karena beliau takut kami sakit akibat udara yang dingin di Magelang. Sore harinya, kami pergi ke suatu tempat dimana siswa laki-laki beradu futsal dengan OMK Paroki setempat. Sungguh pertandingan yang menyenangkan dan sangat menghibur meskipun kebanyakan dari kami hanya penggembira saja. Matahari mulai terbenam, dan kami pun pulang ke rumah kami masing-masing untuk bersiapsiap mengikuti acara kami selanjutnya. Pada malam hari, kami semua diajak untuk berkumpul di suatu rumah yang ditinggali oleh Christian dan Evan. Di sana kami berkumpul bersama teman-teman dari gereja setempat. Pertemuan ini bertujuan untuk membangun paroki setempat. Sebenarnya kami tidak tahu harus berpendapat apa, dan kami juga tidak mengenal siapa pun kecuali orang tua dan teman kami sendiri. Tapi, kehangatan dari warga setempat dapat kami rasakan. Mereka menerima kami, bahkan meminta pendapat dari kami juga.