contohnya saya sendiri dan
teman satu rumah saya, yaitu
Kristi.
Dimalam saat kami sampai,
orang tua kami, Bu Sup, malah
menyuruh kami untuk istirahat sampai siang, mumpung
keesokan harinya beliau tidak
bekerja. Namun, karena kami
merasa tidak enak, akhirnya
kami bangun lebih pagi dan
berjalanan mengelilingi kampung sambil menyapa temanteman kami yang sedang bekerja. Walaupun begitu, Bu Sup
tidak pernah menyuruh kami
untuk melakukan apapun.
Bahkan sehabis kami makan,
kami disuruh diam saja dan
26
menambah sayur lagi.
Tidak hanya itu, beliau juga
tidak pernah lupa menyiapkan
kami air panas untuk mandi,
karena beliau takut kami sakit
akibat udara yang dingin di
Magelang. Sore harinya, kami
pergi ke suatu tempat dimana
siswa laki-laki beradu futsal
dengan OMK Paroki setempat. Sungguh pertandingan
yang menyenangkan dan
sangat menghibur meskipun
kebanyakan dari kami hanya
penggembira saja. Matahari
mulai terbenam, dan kami
pun pulang ke rumah kami
masing-masing untuk bersiapsiap mengikuti acara kami
selanjutnya.
Pada malam hari, kami semua diajak untuk berkumpul
di suatu rumah yang ditinggali oleh Christian dan Evan.
Di sana kami berkumpul
bersama teman-teman dari
gereja setempat. Pertemuan
ini bertujuan untuk membangun paroki setempat. Sebenarnya kami tidak tahu harus
berpendapat apa, dan kami
juga tidak mengenal siapa pun
kecuali orang tua dan teman
kami sendiri. Tapi, kehangatan
dari warga setempat dapat
kami rasakan. Mereka menerima kami, bahkan meminta
pendapat dari kami juga.