Tempo Edisi Khusus Wiji Thukul, 13 - 19 Mei 2013 | Page 89
ILUSTRASI: YUYUN NURACHMAN
DIA lahir dari keluarga penarik becak. Berhenti sekolah untuk bekerja agar
adik-adiknya bisa melanjutkan studi. Ia sendiri menggelandang, mendirikan grup
teater, mengamen puisi ke kampung dan kota-kota, lalu menabalkan diri sebagai
aktivis pembela buruh. Namanya ada di barisan demonstran Kedungombo, Sritex,
dan sejumlah demonstrasi besar di Solo. Setelah masuk Partai Rakyat Demokratik,
ia hijrah ke Jakarta menjelang reformasi 1998. Ia hilang tak tentu rimba. Tapi
puisinya abadi dan menjadi teriakan wajib para demonstran: hanya ada satu kata:
Lawan!