Tempo Edisi Khusus Wiji Thukul, 13 - 19 Mei 2013 | Page 76

Sajak Suara Habis Upahan sesungguhnya suara itu tak bisa diredam mulut bisa dibungkam namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku barusan lenyap upah kerja sebulan sekejap lenyap suara-suara itu tak bisa dipenjarakan di sana bersemayam kemerdekaan apabila engkau memaksa diam aku siapkan untukmu: pemberontakan! Sesungguhnya suara itu bukan perampok yang ingin merayah hartamu ia ingin bicara mengapa kau kokang senjata dan gemetar ketika suara-suara itu menuntut keadilan? Sesungguhnya suara itu akan menjadi kata ialah yang mengajari aku bertanya dan pada akhirnya tidak bisa tidak engkau harus menjawabnya apabila engkau tetap bertahan aku akan memburumu seperti kutukan! sekejap saja mampir di kantong dipotong spsi sewa rumah bon di warung odolshampo dan ini itu kantong kembali kosong di lantai lembab bertopang dagu di paku-paku bergelantungan anduk basah dan cucian dalam tempurung kepala jelas terbayang hasil kerja memenuhi bak mobil mobil angkutan dibawa kapal menyeberangi lautan memasuki toko toko sudut sudut benua dan tiap akhir bulan kami yang mengupas kapas jadi wujud kain kain kain serupa pelangi tiap akhir bulan di bawah lampu penerang rumah kontrakan yang remang-remang mengotak-atik kertas slip * seperti anak SD mencari jawaban soal matematika Solo, 4 Agustus 1993 *) rincian upah -30-