Tempo Edisi Khusus Wiji Thukul, 13 - 19 Mei 2013 | Page 62
Di Ruang Ini
yang Bernafas Cuma Aku
Bernafas Panjanglah
air menetes rutin dari kran ke bak
mandi
semakin dekat aku dengan detak
jantungku
bernafas panjanglah
jangan ditelan kalut
bernafas panjanglah
jangan dimakan takut
bernafas panjanglah
jangan berlarut-larut
bernafas panjanglah
jangan surut
dingin ubin, lubang kunci, pintu
tertutup, kurang cahaya
kini bagian hidupku sehari-hari
bernafas panjanglah
walau gelap
bernafas panjanglah
walau pengap
di sini bergema puisi
di antara garis lurus tembok
lengkung meja kursi
dan rumah sepi
bernafas panjanglah kau, bernafas
panjanglah para korban
bernafas panjanglah aku
bernafas panjanglah kalian
bernafas panjanglah semua
di ruang ini yang bernafas cuma aku
cecak dan serangga
puisi yang ditajamkan
pukulan dan aniaya
tangan besi penguasa
bernafas panjanglah
melihat tank-tank dikerahkan
bernafas panjanglah
melihat tentara mondar-mandir
berselendang M-16
bernafas panjanglah
mendengar para aktivis ditangkapi
bernafas panjanglah
para kambing hitam yang diadili
bernafas panjanglah
dengan pemutar-balikan ini
mereka ingin sejarah dibaca bersih
bagaimana mungkin
jika mereka menulis dengan sobekan
daging
laras senapan
dan kubangan darah
baca kembali semuanya
dan bernafas panjanglah
bernafas panjanglah akal
bernafas panjanglah hati
bangun
dan bernafas panjanglah!
-16-