Tempo Edisi Khusus Wiji Thukul, 13 - 19 Mei 2013 | Page 33
-Wiji
kawan-kawan tak melihat Thukul.
Nasib Thukul simpang-siur setelah bom Tanah Tinggi. Hanya Sipon, Wahyu, dan belakangan Cempe Lawu Warta, guru teater Thukul
di Solo, yang mengklaim pernah dikontak Thukul lewat telepon setelah peristiwa itu. Lawu Warta yakin
pemilik suara di ujung telepon pada
April 1998 itu Thukul. ”Suaranya
pelo dan berlogat Jawa,” katanya.
Sipon berkukuh ditelepon Thukul pada Mei di sekitar hari kerusuhan. Keterangannya bisa jadi betul karena sesuai dengan informasi
yang didengar Budiman Sudjatmiko. Suatu kali, ada anak PRD bercerita pernah melihat Thukul di Jakarta pada Mei itu, juga di sekitar hari
huru-hara. Budiman lupa nama si
pemberi informasi.
Petunjuk lain bahwa Thukul masih hidup setelah Soeharto lengser
datang dari Hilmar Farid, sejarawan. Setelah peristiwa 27 Juli 1996,
Hilmar tak lagi aktif di Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat, yang didirikan, antara lain, oleh Wiji Thukul.
Rumah No.
510 (paling
kiri) sempat
disinggahi
Wiji Thukul
di Blok 5
Lantai 5,
Rumah Susun Tanah
Tinggi,
Johar Baru,
Jakarta
Pusat.
Ia bekerja di Timor Timur dan pulang ke Jakarta sewakt