Tempo Edisi Khusus Wiji Thukul, 13 - 19 Mei 2013 | Page 114

Bahasa! STA DAN BAHASA INDONESIA Bandung Mawardi* S hasa Indonesia. STA menulis: ”Njatalah, bahwa pemerintah hendak meroesakkan persatoean jang telah dianjam dan divel untuk selebrasi literasi dan peradaban di Indosemen dengan bahasa Indonesia. Pemerintah mengingatkan nesia. Penerbitan novel Tak Putus Dirundung Makepada tiap-tiap golongan bangsa, bahwa mereka ada memlang (1929), Dian yang Tak Kunjung Padam (1932), poenjai bahasa sendiri dan haroes memakai bahasanja itoe Layar Terkembang (1936), Anak Perawan di Sarang Penyamun sadja.” (1940), Grotta Azzura (1970), serta Kalah dan Menang (1978) Situasi pada 1930-an itu memang ideologis. Gerakan nasiomengesahkan Takdir sebagai pengarang berhaluan Barat. nalisme menginginkan bahasa Indonesia menjadi basis persaSutan Takdir Alisjahbana (1908-1994) tak cuma menjadi tutuan, menggerakkan ide dan imajinasi pembentukan Indonekang cerita. Novel-novel itu pembuktian seruan untuk mengsia. Kebijakan pemerintah kolonial justru mau mengembalianut modernitas dan undangan berindonesia. Sutan Takdir kan kaum pribumi ke pengerasan perbedaan etnis, mencipta Alisjahbana—dikenal dengan sebutan STA—bercerita dan melakon perseteruan bahasa. Misi pemerintah kolonial dilawan nebar ide agar pembaca bergerak ke dunia baru, mendefinisioleh para guru, pengarang, jurnalis, dan kaum politik. Merekan diri di zaman modern. ka terus mengajarkan bahasa Indonesia di sekolah, menulis Pembaca telah akrab dengan novel STA, memberi pengakudengan bahasa Indonesia, berpidato politik dengan bahasa an sebagai pengarang ampuh. Kita justru jarang menobatkan Indonesia. STA sebagai ”pendakwah” bahasa Indonesia, penggeSTA terus berperan sebagai ”pendakwah” barak peradaban modern berpijak ke bahasa IndoneKeith hasa Indonesia melalui serangkaian tulisannya. sia. Misi mewartakan bahasa Indonesia dijalanEsai berjudul Bahasa Indonesia di Poedjangga kan STA dengan mengelola majalah PoedjangFoulcher (1991) Baroe edisi Agustus 1933 berisi pengharapan ga Baroe (1933) dan Pembinaan Bahasa Indomenganggap F