Suara Golkar edisi Januari 2013 | Page 5

Pasifik. Keterlibatan Indonesia dalam percaturan internasional melalui prakarsa Bung Karno dalam Gerakan Non-Blok dan inisiator Konferensi Asia-Afrika telah membawa Indonesia sebagai bangsa yang disegani. Pada era setelah pembentukan identitas kebangsaan, Presiden Soeharto yang memimpin Indonesia sejak 1967 memberikan perhatian utama pada pembangunan ekonomi. Bertumpu pada Trilogi Pembangunan —pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas— Soeharto berhasil membawa Indonesia meraih keberhasilan pembangunan dalam bentuk kemakmuran yang langsung dirasakan rakyat. Dan pertumbuhan ekonomi di masa Orde Baru itu, menempatkan Indonesia diakui dunia sebagai macan ekonomi Asia. Pengakuan internasional juga diperoleh Presiden Soeharto sebagai salah seorang pemrakarsa berdirinya Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan menjadi tokoh kunci yang berpengaruh di kawasan ini. Di masa Reformasi yang dimulai pada 1998, tiga Presiden Republik Indonesia —B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri— berhasil mengawal transisi Indonesia menuju era demokrasi. Meski masing-masing hanya memimpin dalam kurun kurang dari satu periode kepresidenan, mereka memberi kontribusi sangat besar dalam meletakkan sendisendi pokok pengelolaan kehidupan bernegara yang demokratis. Hakhak politik rakyat mendapatkan ruang seluas-luasnya, kebebasan pers dibuka, otonomi daerah dikembangkan, dan prinsip check and balance menjadi substansi utama dalam sistem politik negeri ini. Memasuki era demokrasi, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden pertama yang secara langsung dipilih oleh rakyat. Semestinya, dengan legitimasi kepresidenan yang amat kuat, dalam masa 10 tahun (dua periode) di bawah kepemimpinan SBY, bangsa Indonesia telah tuntas menyelesaikan masa transisi demokrasinya. Sangat disayangkan, kondisi ideal itu belum )͕