Suara Golkar edisi Januari 2013 | Page 4

Laporan Utama HIKAYAT KEJAYAAN B angsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Pernyataan ini bukan sekadar mitos tentang keagungan Nusantara lama. Bukan pula impian kosong tentang kejayaan Indonesia masa depan. Anthony Reid, sejarawan terkemuka kelahiran Selandia Baru, menggambarkan kemakmuran penduduk negeri Bawah Angin, istilah Reid untuk kawasan Asia tenggara, pada kurun niaga 1450-1630 telah melebihi ratarata kemakmuran penduduk negeri-negeri Eropa. Indikator yang digunakan Reid dalam perbandingan tersebut, di antaranya, adalah ukuran fisik, asupan kalori, dan rata-rata usia hidup (Reid 1998). Tingkat kemakmuran dan kesejahteraan penduduk Nusantara dicatat oleh Paul Bairoh tak jauh berbeda dari penduduk negara-negara Eropa Barat, di mana pendapatan 4 per kapita penduduk di Nusantara berkisar US$200 (Economics and World History: Myths and Paradoxes, 1993). Faktor penting yang menghasilkan kemakmuran penduduk Nusantara seperti digambarkan Reid maupun Bairoh adalah penguasaan atas jaringan perdagangan global dan sumber-sumber alam yang berlimpah. Titik balik masa kemakmuran penduduk Nusantara terjadi pada 1629, saat bangsa-bangsa Eropa datang dengan kekuatan senjata, yang kemudian berlanjut dengan dominasi VOC dan masa penjajahan. Namun setelah memasuki era Kemerdekaan yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta, bangsa Indonesia kembali menunjukkan kebesarannya. Indonesia memainkan peran penting di kancah internasional dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di kawasan Asia