Suara Golkar edisi Januari 2013 | Page 11

laporan utama MODAL BESAR MENUJU TAMPUK KEKUASAAN Partai Golkar memiliki rekam jejak yang panjang di panggung politik. Apa saja modal sejarah dan sosial yang bisa diandalkan di pemilu 2014? D i antara partai politik peserta pemilu 2014, Partai Golkar adalah partai tertua dengan pengalaman panjang yang terentang di tiga zaman: Orde Lama, Orde Baru, Reformasi. Dibentuk sebagai kekuatan pengimbang Partai Komunis Indonesia (PKI) di masa Orde Lama, Golkar kemudian berkembang sebagai mesin politik Orde Baru. Di era Reformasi, di tengah tekanan kuat pembubaran dirinya, Golkar berubah menjadi Partai Golkar dan berhasil duduk di tiga besar parpol pemenang pemilu. Salah satu kunci keberhasilan Partai Golkar adalah kepemilikan modal sejarah dan sosial yang cukup besar untuk meyakinkan menarik minat pemilih pemula dan mempertahankan pemilih lama. Pemilih Golkar yang pernah hidup di masa Orde Baru akan dengan mudah mengingat prestasiprestasi Golkar dalam pembangunan selama 32 tahun—meski tak bisa diabaikan sepenuhnya kritikankritikan tajam tentang peranan Golkar tersebut. Di mata Harry Tjan Silalahi, peneliti senior Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta, warisan Golkar selama Orde Baru adalah stabilitas nasional yang relatif terkendali selama 32 tahun, pembangunan ekonomi yang cukup maju, politik luar negeri (bebas aktif) yang disegani terutama di ASEAN dan Asia. Juga, program Keluarga Berencana (KB), komunikasi yang mudah antara Aceh dan Merauke. “Kekuarangannya, kemerdekaan dibatasi, orang tidak sebebas sekarang, lebih terkontrol,” ujar Harry Tjan. Meski mengundang kecaman karena lebih mementingkan pertumbuhan ekonomi ketimbang demokratisasi, prestasi Golkar ini dipandang sebagai prestasi yang belum mampu dicapai oleh partai mana pun di Indonesia, apalagi jika dibandingkan dengan partai-partai di era Reformasi. Kesatuan Golkar-Orde Baru adalah kesatuan terbaik yang belum bisa dicapai di era Reformasi. Tak pelak, banyak yang menyebut lebih baik masa Orde Baru ketimbang masa setelah berakhirnya Orde Baru. “Kalau kita lihat lebih baik ya di Orde Baru karena pembangunan kita 11