Suara Golkar edisi Desember 2013 | Page 57

GOLKAR DAN MPR MENGGGELAR FGD PENGUATAN SISTEM PRESIDENSIAL DI INDONESIA JAKARTA, SUARA GOLKAR – Bekerja sama dengan MPR RI, DPP Partai Golkar menggelar Focus Group Discussion (FGD) tentang Sistem Ketatanegaraan Indonesia dengan tema “Penguatan Sistem Presidensial di Indonesia”. Acara yang digelar di Kantor DPP Partai Golkar pada Rabu (4/12) tersebut dihadiri langsung Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB). Juga dihadiri petinggi Partai Golkar lainnya, di antaranya, Sekjen Idrus Marham dan Bendahara Umum DPP Golkar Setya Novanto, Theo L. Sambuaga, Rully Azwar Anwar, dan Indra Bambang Utoyo. Sedangkan rombongan dari MPR RI dipimpin langsung Ketua MPR RI Sidharto Danusobroto. Lalu Ja’far Hafsah (Partai Demokrat) selaku Ketua Tim Kerja Kajian Sistem Ketatanegaraan, Arief Budimanta (PDIP), Benny K. Harman (Partai Demokrat), dan Bambang P. Soeroso. Pada sambutannya pada pembukaan acara, Ja’far Hafsah mengatakan sistem presidensial perlu penguatan karena selama ini masih beraroma parlementer. Kondisi ini membuat kinerja lembaga eksekutif belum bisa berjalan maksimal. Ia juga mengungkapkan, ke depan peran MPR yang sekarang ini menjadi lembaga negara yang sejajar dengan DPR perlu dikembalikan fungsinya, agar bisa membuat GBHN. “GBHN bukan saja untuk pembangunan, melainkan sebagai acuan negara dalam menentukan tujuan masa depan. Sekarang ini, bangsa kita tidak memilikinya,” tuturnya. Dalam sambutannya, ARB mengatakan, masih banyak celah dalam sistem ketatanegaraan. Bukan hanya titik koma saja, melainkan permasalahan yang sistemik. “Hal ini menuntut perbaikan yang signifikan,”kata ARB. Celah-celah tersebut, lanjut ARB, karena produk-produk hukum dan perundang-undangan yang dibuat lebih sebagai suatu reaksi terhadap kondisi obyektif yang sebena ɹ