MARKET
SECTORAL
run drastis sehingga mengakibatkan laba bersih KARK pada 2011 anjlok 35,3% menjadi Rp60
miliar. Itu adalah laporan terakhir manajemen
kepada publik, dan kabar yang terkuak kemudian adalah tuntutan yang datang silih berganti.
Bearish selalu meninggalkan luka, seperti
kasus-kasus yang selalu terjadi pada saat krisis
finansial. Bukan hanya harga saham yang merosot tajam, melainkan kasus-kasus hukum dan
persengketaan bisnis tiba-tiba mencuat. Kasus
bunuh diri dan masa depan suram KARK menambah deretan kasus pebisnis batu bara.
Sebelumnya, publik disuguhi drama peperangan untuk memperebutkan kendali atas
Bumi. Plc yang mengusai cadangan batu bara
terbesar di Indonesia antara Grup Bakrie, Samin Tan, dengan Nathhaniel Rothschild. Kabar
terbaru kedua kubu
masih bertarung untuk
mendapatkan pengaruh pada pemegang
saham minoritas .
Belakangan,
Borneo Lumbung Energy.
Tbk (BORN) milik Samin
Tan juga digugat Transasia Minerals Limited
dan Bondline Ltd (penggugat) sebesar US$10
juta di pengadilan arbitrase Singapura (SIAC).
Gugatan ini muncul
karena BORN dianggap
telat bayar pada transaksi jual beli PT Asmin
Koalindo Tuhup sebesar
US$175 juta. Meskipun
pengadilan
arbitrase
di Singapura sudah
mengeluarkan keputu-
PIALANG INDONESIA
san interim dengan memenangkan Transasia,
manajemen BORN sudah membantah karena
menganggap gugatan Transasia tidak mendasar.
Kabar baik masa depan batu bara belakangan baru muncul belakangan. Berasal dari konsumen batu bara terbesar dunia pada Desember lalu. Impor batu bara Negeri Tirai Bambu
pada bulan itu melonjak 37% menjadi 29 juta
ton, sehingga menutup jumlah impor batu bara
tahun lalu sebesar 234 juta atau tumbuh 29%.
Data Bloomberg juga mencatat cadangan impor batu bara China sudah kembali normal
dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Dari posisi tertinggi cadangan untuk konsumsi 30 hari
menjadi hanya 20 hari. Tren naik impor batu
bara juga terjadi di India.
Namun kenaikan ini rupanya tidak diikuti
35
EDISI 6 FEBRUARI 2013