Pialang edisi 6 februari 2013 | Page 35

MARKET SECTORAL run drastis sehingga mengakibatkan laba bersih KARK pada 2011 anjlok 35,3% menjadi Rp60 miliar. Itu adalah laporan terakhir manajemen kepada publik, dan kabar yang terkuak kemudian adalah tuntutan yang datang silih berganti. Bearish selalu meninggalkan luka, seperti kasus-kasus yang selalu terjadi pada saat krisis finansial. Bukan hanya harga saham yang merosot tajam, melainkan kasus-kasus hukum dan persengketaan bisnis tiba-tiba mencuat. Kasus bunuh diri dan masa depan suram KARK menambah deretan kasus pebisnis batu bara. Sebelumnya, publik disuguhi drama peperangan untuk memperebutkan kendali atas Bumi. Plc yang mengusai cadangan batu bara terbesar di Indonesia antara Grup Bakrie, Samin Tan, dengan Nathhaniel Rothschild. Kabar terbaru kedua kubu masih bertarung untuk mendapatkan pengaruh pada pemegang saham minoritas . Belakangan, Borneo Lumbung Energy. Tbk (BORN) milik Samin Tan juga digugat Transasia Minerals Limited dan Bondline Ltd (penggugat) sebesar US$10 juta di pengadilan arbitrase Singapura (SIAC). Gugatan ini muncul karena BORN dianggap telat bayar pada transaksi jual beli PT Asmin Koalindo Tuhup sebesar US$175 juta. Meskipun pengadilan arbitrase di Singapura sudah mengeluarkan keputu- PIALANG INDONESIA san interim dengan memenangkan Transasia, manajemen BORN sudah membantah karena menganggap gugatan Transasia tidak mendasar. Kabar baik masa depan batu bara belakangan baru muncul belakangan. Berasal dari konsumen batu bara terbesar dunia pada Desember lalu. Impor batu bara Negeri Tirai Bambu pada bulan itu melonjak 37% menjadi 29 juta ton, sehingga menutup jumlah impor batu bara tahun lalu sebesar 234 juta atau tumbuh 29%. Data Bloomberg juga mencatat cadangan impor batu bara China sudah kembali normal dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Dari posisi tertinggi cadangan untuk konsumsi 30 hari menjadi hanya 20 hari. Tren naik impor batu bara juga terjadi di India. Namun kenaikan ini rupanya tidak diikuti 35 EDISI 6 FEBRUARI 2013