Pialang edisi 6 februari 2013 | Page 31

MARKET “Beberapa dari perusahaan yang memiliki obligasi jatuh tempo akan melakukan refinan­ cing dengan menerbit­ an obligasi baru,” PIALANG INDONESIA SECTORAL Rate yang tetap, depresiasi rupiah yang berlanjut pada volatilitas membuat pelaku pasar menahan diri. IBPA-IGSYC (IBPA-Indonesia Government Securities Yield Curve) kembali naik sebagai tanda harga-harga obligasi dijual lebih murah. Catatan Penilai Harga Efek Indonesia (IBPA) volatilitas rupiah membuat pelaku menunggu. Aktivitas trading sepi, berlanjut hingga pekan ketiga Januari. Perbandingannya, awal tahun 2012 rata-rata volume perdagangan mencapai Rp5,5 triliun per hari, sementara awal tahun ini hanya Rp3,4 triliun per hari. Tren itu terus terjadi hingga pekan ketiga Januari. Volume perdagangan obligasi pemerintah turun dari Rp3,8 triliun per hari pada pekan kedua menjadi Rp3 triliun per haro pada pekan ketiga. Sementara obligasi korporasi turun dari Rp438 milliar per hari menjadi Rp428 milliar per hari. Pasar lesu ini seakan menjadi sinyal buruk issuer. Sebab, ada estimasi bila akan banyak korporasi membutuhkan obligasi baru, menyusul tingginya jumlah obligasi korporasi yang akan jatuh tempo tahun ini. “Beberapa dari perusahaan yang memiliki obligasi jatuh tempo akan melakukan refinancing dengan menerbitan obligasi baru,” ujar Senior Economist Indo Premier 31 Securities, Seto Wardono. Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dari 312 seri obligasi korporasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, sebanyak 63 seri senilai Rp22,23 triliun akan jatuh tempo pada tahun ini. Korporasi yang bakal gencar menerbitkan surat utang diperkirakan berasal dari sektor multifinance, konstruksi dan infrastruktur, konsumer, ritel, pembiayaan mikro, properti dan industrial estate. Permintaan domestik yang makin kuat terhadap produk dan jasa sektor-sektor itu membuat korporasi gencar mencari dana segar untuk ekspansi. Pilihan pada obligasi juga diakibatkan tren suku bunga kredit perbankan yang terus meningkat. Menurut Seto, inflasi tahun ini bisa berada di angka 5,77 persen. Pemicunya adalah kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang diperkirakan menyumbang 0,5 persen, sementara sisanya dari kenaikan Upah Minimum Pekerja (UMP) dan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). “Dampaknya investor akan mengantisipasi kenaikan inflasi tersebut sehingga yield obligasi akan naik,” katanya. Kombinasi kebutuhan korporasi, inflasi dan sepinya likuditas diprediksi bisa mendongkrak yield obligasi korporasi, setidaknya akan lebih tinggi dibanding tahun lalu. Terlebih yield SUN diEDISI 6 FEBRUARI 2013