Pialang edisi 6 februari 2013 | Page 23

TOP STORY “Jika rupiah mengalami tekanan tentu akan mempengaruhi kinerja perseroan,” akunya. Direktur Keuangan Semen Indonesia Tbk (SMGR) AHYANIZAAMAN PIALANG INDONESIA aksi korporasi perusahaan tersebut. Dia mengakui tekanan itu ada. “Beberapa komponen produksi semen memang masih diperoleh dari luar negeri,” papar dia. Sejauh ini SMGR berupaya mengambil langkah langkah yang cukup hatihati agar kinerja perseroan tetap positif. “Namun jika rupiah mengalami tekanan tentu akan mempengaruhi kinerja perseroan,” akunya. Sementara itu emiten produk kecantikan Martina Berto.Tbk sudah memprediksi pelemahan rupiah yang bisa memicu inflasi. “Itu sudah diprediksi perusahaan. Jadi, tidak terlalu mengganggu kinerja, tingkat konsumsi Indonesia juga masih cukup tinggi,” ujar Presiden Direktur MBTO Bryan Tilaar. Briyan yakin target inflasi sesuai target yang ditetapkan pemerintah. “Tim internal kami juga berusaha menjaga fundamental dan mencapai target pertumbuhan yang kita targetkan 15 persen tahun ini.” Tahun lalu pelemahan rupiah sudah cukup banyak memakan korban. Misalnya emiten-emiten telekomunikasi yang mengalami rugi kurs karena beban utang dalam dollar AS. Pada kuartal III 2012, Indosat Tbk (ISAT) menderita rugi selisih kurs Rp 616,33 miliar, sementara Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 297 miliar. Hal yang sama dialami Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dimana kerugian sebesar Rp988,3 miliar pada kuartal III terutama akibat kerugian kurs yang dipicu depresiasi nilai rupiah. Group Head Investor Relation ISAT, Bayu Hanantasena mengatakan perseroan belajar banyak dari rugi kurs tahun 2012. Untuk menekan risiko itu, manajemen akan mengkonversi beban utang dollar AS menjadi rupiah. “Tahun kemarin 20 persen hedging utang. Tahun ini kita mengurangi beban forex dengan menerbitkan obligasi rupiah,” ujar Bayu. “Kita prefer lebih ambil refinancing di rupiah. Jadi utang dolar AS ditukar ke rupiah.” Namun depresiasi rupiah tidak selamanya buruk. Bagi emiten dengan profil eksportir, pelemahan rupiah membuat harga jual mereka menjadi lebih murah, dan dapat bersaing sepanjang komponen bahan baku dan beban utang pada valas rendah. Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih menunjuk emiten emiten komoditas perkebunan dan pertambangan yang berbahan baku dari dalam negeri akan mendapat berkah dari kondisi ini. “Terutama sektor komoditas, seperti CPO maupun pertambangan,” tambahnya. 23 EDISI 6 FEBRUARI 2013