TOP STORY
“Jika rupiah
mengalami
tekanan tentu
akan mempengaruhi
kinerja perseroan,” akunya.
Direktur Keuangan Semen
Indonesia Tbk (SMGR)
AHYANIZAAMAN
PIALANG INDONESIA
aksi korporasi perusahaan tersebut. Dia mengakui tekanan itu
ada. “Beberapa komponen produksi semen memang masih
diperoleh dari luar negeri,” papar dia. Sejauh ini SMGR
berupaya mengambil langkah langkah yang cukup hatihati agar kinerja perseroan tetap positif. “Namun jika
rupiah mengalami tekanan tentu akan mempengaruhi
kinerja perseroan,” akunya.
Sementara itu emiten produk kecantikan Martina
Berto.Tbk sudah memprediksi pelemahan rupiah yang
bisa memicu inflasi. “Itu sudah diprediksi perusahaan.
Jadi, tidak terlalu mengganggu kinerja, tingkat konsumsi
Indonesia juga masih cukup tinggi,” ujar Presiden Direktur
MBTO Bryan Tilaar. Briyan yakin target inflasi sesuai target
yang ditetapkan pemerintah. “Tim internal kami juga berusaha
menjaga fundamental dan mencapai target pertumbuhan yang
kita targetkan 15 persen tahun ini.”
Tahun lalu pelemahan rupiah sudah cukup banyak memakan
korban. Misalnya emiten-emiten telekomunikasi yang mengalami rugi kurs karena beban utang dalam dollar AS. Pada kuartal
III 2012, Indosat Tbk (ISAT) menderita rugi selisih kurs Rp 616,33
miliar, sementara Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 297 miliar. Hal yang sama dialami Bakrie Telecom Tbk
(BTEL) dimana kerugian sebesar Rp988,3 miliar pada kuartal III
terutama akibat kerugian kurs yang dipicu depresiasi nilai rupiah.
Group Head Investor Relation ISAT, Bayu Hanantasena mengatakan perseroan belajar banyak dari rugi kurs tahun 2012.
Untuk menekan risiko itu, manajemen akan mengkonversi beban utang dollar AS menjadi rupiah. “Tahun kemarin 20 persen
hedging utang. Tahun ini kita mengurangi beban forex dengan
menerbitkan obligasi rupiah,” ujar Bayu. “Kita prefer lebih ambil
refinancing di rupiah. Jadi utang dolar AS ditukar ke rupiah.”
Namun depresiasi rupiah tidak selamanya buruk. Bagi emiten
dengan profil eksportir, pelemahan rupiah membuat harga jual
mereka menjadi lebih murah, dan dapat bersaing sepanjang
komponen bahan baku dan beban utang pada valas rendah.
Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih menunjuk
emiten emiten komoditas perkebunan dan pertambangan yang
berbahan baku dari dalam negeri akan mendapat berkah dari
kondisi ini. “Terutama sektor komoditas, seperti CPO maupun
pertambangan,” tambahnya.
23
EDISI 6 FEBRUARI 2013