Pialang edisi 14 oktober 2013 | Page 12

TOP STORY M. Nazaruddin Mantan Bendahara Partai Demokrat miliar, PT Exartech Technology Utama 150 juta lembar saham senilai Rp124,1 miliar, PT Pacific Putra Metropolitan 100 juta lembar saham senilai Rp75 miliar dan PT Darmakusuma sebanyak 55 juta lembar saham seharga Rp41 miliar rupiah. Niat hati mendapat untung besar, namun apa daya sial didapat. Nilai saham Garuda yang digembar-gemborkan bisa melambung ke level Rp1.000, justru terperosok ke level Rp600. Nazar pun dibuat murka dan meminta agar uang yang sudah dipakai untuk membeli saham-saham tersebut dikembalikan. Alasannya, uang itu merupakan saweran dari kawan-kawannya di DPR. “Kalau tidak, saya akan laporkan ke polisi,” begitu ancaman Nazar kepada salah seorang direksi sekuritas, yang merupakan agen tempatnya membeli saham. Tentu saja permintaan tersebut ditolak mentahmentah. Perilaku Nazar merupakan salah satu contoh nyata bagaimana lantai bursa sudah secara terang-terangan dipergunakan sejumlah politisi sebagai mesin uang guna kepentingannya. Saat diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi, Nazarudin mengaku pembelian tersebut merupakan perintah dari koleganya sesama politikus Demokrat, dengan tujuan sebagai mesin uang partainya nanti. Sebelumnya, IPO PT Krakatau Steel Tbk. (KRAS) juga telah menjadi bancakan bagi sejumlah politisi guna mengeruk keuntungan. Permainan dalam kasus ini bahkan jelas terlihat dari murahnya harga yang ditawarkan pada saat initial public offering (IPO) dan alokasi penjatahan yang tertutup. Ini menjadi contoh bagaimana para politisi di antaranya menggunakan proses IPO sebagai wahana mencari uang dengan mudah. Ini cocok dengan kebiasaan bahwa penjatahan saham IPO saat ini cenderung tertutup dan mudah diberikan kepada nasabah dengan PIALANG INDONESIA 12 EDISI 14 OKTOBER 2013