Pialang edisi 12 agustus 2013 | Page 57

RESEARCH MARKET tur terjadi oleh berita penurunan anggaran infrastuktur pada dua kementrian. Namun, menurut sumber terpercaya kami, anggaran itu hanya pindah ke sisi lain, yaitu MP3EI sebagai sarana percepatan pembangunan pemerintah sampai dengan tahun 2014 mendatang. Sebaliknya, anggaran infrastruktur berpotensi bertambah oleh pengalihan dana subsidi BBM sekitar 30 persen. Kami melihat isu ini sudah terlalu di blow off sehingga membuat kepanikan pasar menjadi sarana spekulasi yang sangat besar. Bila melihat posisi profit margin di sektor konstruksi, Total Bangun Persada Tbk (TOTL) dan Wijaya Karya Persero Tbk (WIKA) adalah dua emiten paling layak dibeli. Kami yakini, emiten ini akan berkinerja baik sekalipun menghadapi krisis. Sementara pada properti, muncul pertanyaan benarkah ketika inflasi diprediksi akan naik, kebanyakan investor akan menjauhi dari properti? Saran kami, jangan terlalu text book. Bila inflasi naik dan suku bunga naik, maka apa ada emiten sektor properti yang mempunyai korelasi kecil dengan Inflasi? Jawabnya ada. Namun sebagai investor cerdas, kita perlu memilah klasifikasi saham yang murni properti, sehingga penurunan justru menjadi kesempatan akumulasi. Kejelian itu penting karena beberapa media dan bahkan klasifikasi resmi kadang tidak sesuai dengan bobot bisnis emiten bersangkutan. Menurut kami beberapa saham properti layak dimasukkan juga dalam kelompok consumer related karena melayani orang sakit. Bahkan, ada lagi saham yang mayoritas dianggap saham properti tapi sebanyak 45 persen recuring incomenya diperoleh dari pendapatan PIALANG INDONESIA sewa dan lainnya. Untuk itu, pemahaman struktur bisnis penting agar investor tidak terjebak, atau sebaliknya menemukan peluang dari kekacauan klasifikasi jenis bisnis saham. Konsepnya pendapatan perusahaan bukan dari bisnis yang cuma jualan tanah/ rumah / apartemen tetapi bisnis yang memberikan revenue terus menerus dari aset yang sama. Yieldnya mungkin kecil tapi lebih defensif dan dalam jangka panjang efeknya pasar bisa menghargai perusahaan seperti ini dengan P/E ratio yang lebih besar. Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) memiliki eksposure lahan industri dan bisnis konstruksi yang relatif tahan kenaikan suku bunga. Khusus untuk SSIA, 60 pendapatannya berasal dari bisnis konstruksi anak usaha yang baru listing yaitu NRCA (Nusa Raya Cipta Tbk). Dengan proyek jalan tol yang masih dibangun-dimana 49 persen dikerjakan oleh NRCA— SSIA tetap akan meraup pendapatan meskipun proyek belum selesai, yaitu dari pendapatan NRCA. Lalu, bila jalan tol sudah beroperasi, maka SSIA akan secara rutin mendapatkan pendapatan dari keuntungan operasional jalan tol. Target pembangunan jalan tolnya diprediksi selesai bulan Juni 2015. Saat ini SSIA sedang dalam proyek pembebasan lahan kosongnya sebesar 3000 ha (1000 ha di Kerawang, dan 2000 ha lagi di Bekasi Utara, dekat dengan lokasi Summarecon Bekasi). Sebagai catatan, selain 57 EDISI 12 AGUSTUS 2013