RESEARCH
MARKET
tur terjadi oleh berita penurunan anggaran
infrastuktur pada dua kementrian. Namun,
menurut sumber terpercaya kami, anggaran itu
hanya pindah ke sisi lain, yaitu MP3EI sebagai
sarana percepatan pembangunan pemerintah sampai dengan tahun 2014 mendatang.
Sebaliknya, anggaran infrastruktur berpotensi
bertambah oleh pengalihan dana subsidi BBM
sekitar 30 persen. Kami melihat isu ini sudah
terlalu di blow off sehingga membuat kepanikan pasar menjadi sarana spekulasi yang
sangat besar.
Bila melihat posisi profit margin di sektor
konstruksi, Total Bangun Persada Tbk (TOTL)
dan Wijaya Karya Persero Tbk (WIKA) adalah
dua emiten paling layak dibeli. Kami yakini,
emiten ini akan berkinerja baik sekalipun menghadapi krisis. Sementara pada properti, muncul
pertanyaan benarkah ketika inflasi diprediksi
akan naik, kebanyakan investor akan menjauhi
dari properti?
Saran kami, jangan terlalu text book. Bila
inflasi naik dan suku bunga naik, maka apa
ada emiten sektor properti yang mempunyai
korelasi kecil dengan Inflasi? Jawabnya ada.
Namun sebagai investor cerdas, kita perlu
memilah klasifikasi saham yang murni properti,
sehingga penurunan justru menjadi kesempatan akumulasi. Kejelian itu penting karena
beberapa media dan bahkan klasifikasi resmi
kadang tidak sesuai dengan bobot bisnis
emiten bersangkutan.
Menurut kami beberapa saham properti
layak dimasukkan juga dalam kelompok consumer related karena melayani orang sakit.
Bahkan, ada lagi saham yang mayoritas dianggap saham properti tapi sebanyak 45 persen
recuring incomenya diperoleh dari pendapatan
PIALANG INDONESIA
sewa dan lainnya. Untuk itu, pemahaman struktur bisnis penting agar investor tidak terjebak,
atau sebaliknya menemukan peluang dari
kekacauan klasifikasi jenis bisnis saham.
Konsepnya pendapatan perusahaan bukan
dari bisnis yang cuma jualan tanah/ rumah /
apartemen tetapi bisnis yang memberikan
revenue terus menerus dari aset yang sama.
Yieldnya mungkin kecil tapi lebih defensif
dan dalam jangka panjang efeknya pasar bisa
menghargai perusahaan seperti ini dengan P/E
ratio yang lebih besar.
Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) memiliki
eksposure lahan industri dan bisnis konstruksi
yang relatif tahan kenaikan suku bunga. Khusus untuk SSIA, 60 pendapatannya berasal
dari bisnis konstruksi anak usaha yang baru
listing yaitu NRCA (Nusa Raya Cipta Tbk).
Dengan proyek jalan tol yang masih dibangun-dimana 49 persen dikerjakan oleh NRCA—
SSIA tetap akan meraup pendapatan meskipun
proyek belum selesai, yaitu dari pendapatan
NRCA. Lalu, bila jalan tol sudah beroperasi,
maka SSIA akan secara rutin mendapatkan
pendapatan dari keuntungan operasional jalan
tol. Target pembangunan jalan tolnya diprediksi selesai bulan Juni 2015.
Saat ini SSIA sedang dalam proyek pembebasan lahan kosongnya sebesar 3000
ha (1000 ha di Kerawang, dan 2000 ha lagi
di Bekasi Utara, dekat dengan lokasi Summarecon Bekasi). Sebagai catatan, selain
57
EDISI 12 AGUSTUS 2013