SEKTORAL
MARKET
Harga Batubara Acuan (HBA) *
(dalam US$/ton)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2011
112,40
127,05
122,43
122,02
117,61
119,03
118,24
117,21
116,26
119,24
116,65
112,67
2012
117,58
120,06
121,46
113,59
109,81
103,89
94,04
90,89
92,58
92,40
87,41
87,75
Rata-rata
118,40
2013
87,55
88,55
90,09
88,56
85,33
84,87
81,69
95,48
Keterangan:
*) HBA = 25% ICI + 25% Platts59 + 25% NEX +
25% GC
ICI
NEX
GC
= Indonesia Coal Index
= Newcastle Export Index
= Newcastle Global Coal Index
Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
shale gas yang menjadikan biaya pembangkitan listrik lebih murah dibanding
menggunakan batubara termal, maka
produksi batubara dialihkan untuk tujuan
ekspor. Ekspor batubara termal Amerika
Serikat diperkirakan naik sebesar 10 persen pada 2013 menjadi 55 juta ton dibanding 2012.
Ekspor batubara termal Australia juga
diperkirakan naik pada 2013 menjadi 196
juta ton atau meningkat 7 persen dibanding 2012. Kenaikan ekspor di Australia ditopang oleh dimulainya operasi produksi sejumlah tambang batubara baru di wilayah
New South Wales dan Queensland.
“Pasar terpengaruh oleh pasokan yang
berlebih (oversupply), terutama dari Indonesia, Australia dan Amerika Serikat,” kata
Daniel Hynes, Pakar Komoditas dari CIMB
di Sydney, Australia. Dia menambahkan
dalam beberapa bulan ke depan, pergerakan harga batubara masih lemah, bahkan
menurun. Hynes memprediksi harga batu
bara bisa naik menjadi US$ 95 per ton
pada akhir tahun ini.
Selain dari faktor harga dan oversupply, outlook industri batubara nasional sempat terguncang karena National Energy
Agency (NEA) di Australia berencana melarang impor batubara
dengan nilai kalori rendah, yaitu minimal 4.540 kcal/kg, dengan
kandungan abu sebesar 25 persen dan kadar belerang 1 persen.
Jika aturan ini benar-benar diberlakukan, maka eksportir-eksportir batubara termal seperti Indonesia, China dan Amerika Serikat
akan sangat terpukul.
PIALANG INDONESIA
44
EDISI 12 AGUSTUS 2013