Pialang edisi 12 agustus 2013 | Page 41

TOP STORY muanya berada di bawah kendali ASII. Dengan menggunakan data harga pasar akhir bulan lalu, kapitalisasi pasar ASII mencapai sekitar Rp250 triliun, atau menempati posisi kedua setelah HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang berkisar Rp355 triliun. Namun, bila menambahkan seluruh kapitalisasi anak usahanya, maka nilai kapitalisasi pasar seluruh grup Astra mencapai Rp380 triliun, atau tetap menjadi yang terbesar. Ini membuat gebrakan Prijono sebagai nahkoda grup Astra akan bisa berpengaruh besar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meskipun begitu, sebagaimana posisi kapitalisasi pasar yang tergeser oleh HMSP sejak awal tahun ini—setelah sekian lama berada di posisi puncak—kinerja ASII tahun ini kurang baik. Pada kuarta pertama lalu, ASII membukukan pendapatan Rp 46,7 triliun atau naik satu persen dibanding periode sama 2012 sebesar Rp 46,4 triliun. Alhasil, laba bersih mereka tergerus oleh biaya sehingga mengalami penurunan tujuh persen dari Rp 4,6 triliun pada kuartal pertama 2012 menjadi Rp 4,3 triliun pada periode sama 2013. Prijono mengakui kinerja perseroan dan anak perusahaan pada kuartal itu turun dibandingkan tahun lalu. Pada bisnis otomotif, persaingan yang semakin ketat dari kompetitor dan kenaikan upah telah menggerus keuntungan. Sementara divisi alat berat dan pertambangan mengalami penurunan 26 persen. Pelemahan harga CPO, dan bisnis batu bara yang tak kunjung membaik menggerus bisnis Astra. Prijono mengungkapkan, dalam jangka pendek keuntungan Astra akan dipengaruhi oleh kenaikan biaya tenaga kerja, melemahnya harga komoditas, persaingan di industri otomotif. Tekanan bisnis kepada Astra ini sebagaimana terlihat, telah ikut memperburuk kinerja IHSG pada awal-awal kuartal ketiga ini. emiten yang mayoritas sahamnya dikuasai a­ing ini menggurita. Seperti pendahulunya, s para pemimpin Astra tidak ragu untuk terus berekspansi pada sektor-sektor ekonomi strategis. Kini Astra yang dipimpin oleh Prijono Sugiarto memiliki enam divisi bisnis, yaitu otomotif, alat berat, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik, dan teknologi informasi. Penerus Michael D Ruslim ini didaulat membawa misi Astra untuk melakukan keseimbangan bisnis, agar tidak tergantung pada satu lini bisnis atau otomotif. Setelah diangkat pada Mei 2010 lalu, ia dapat mewujudkan tahun lalu. “Untuk divisi otomotif sekarang 50 persen, yang non-otomotif juga 50 persen. Kami menginginkan adanya keseimbangan antara divisi tersebut,” kata Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk, Prijono Sugiarto, seusai perayaan ulang tahun ke-55 Astra pada 2012 silam. Kondisi itu jauh berbeda dari 10 tahun lalu, saat itu pendapatan dari non-automotif hanya 20 persen. ”Tentunya kami ingin agar semua unit usaha yang kami kembangkan memberikan sumbangan positif bagi pertumbuhan perseroan,”kata Prijono. Untuk menjaga pangsa pasar seimbang, Prijanto berencana mengembangkan bisnis infrastruktur dan power plan dalam rangka mewujudkan keseimbangan kinerja perseroan. ”Kami siap ekspansi ke sejumlah sektor infrastruktur seperti toll road juga power plan,”tutur dia.. Dari enam divisi bisnis yang menjadi tanggungjawab Prijono, lima diantaranya bercokol sudah go public dan listing di Bursa Efek Indonesia. Yaitu, Astra Otoparts Tbk (AUTO) dibidang otomotif, Bank Permata Tbk (BNLI) di bidang jasa keuangan, United Tractors Tbk (UNTR) dibidang alat berat, Astra Agro Lestari Tbk (AALI) di bidang perkebunan, dan Astra Graphia Tbk (ASGR) dibidang teknologi informasi. KesePIALANG INDONESIA 41 EDISI 12 AGUSTUS 2013