TOP STORY
muanya berada di bawah kendali ASII.
Dengan menggunakan data harga pasar
akhir bulan lalu, kapitalisasi pasar ASII mencapai sekitar Rp250 triliun, atau menempati posisi kedua setelah HM Sampoerna Tbk (HMSP)
yang berkisar Rp355 triliun. Namun, bila menambahkan seluruh kapitalisasi anak usahanya,
maka nilai kapitalisasi pasar seluruh grup Astra mencapai Rp380 triliun, atau tetap menjadi
yang terbesar. Ini membuat gebrakan Prijono
sebagai nahkoda grup Astra akan bisa berpengaruh besar terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
Meskipun begitu, sebagaimana posisi kapitalisasi pasar yang tergeser oleh HMSP sejak awal
tahun ini—setelah sekian lama berada di posisi
puncak—kinerja ASII tahun ini kurang baik. Pada
kuarta pertama lalu, ASII membukukan pendapatan Rp 46,7 triliun atau naik satu persen dibanding periode sama 2012 sebesar Rp 46,4 triliun.
Alhasil, laba bersih mereka tergerus oleh biaya
sehingga mengalami penurunan tujuh persen
dari Rp 4,6 triliun pada kuartal pertama 2012
menjadi Rp 4,3 triliun pada periode sama 2013.
Prijono mengakui kinerja perseroan dan
anak perusahaan pada kuartal itu turun dibandingkan tahun lalu. Pada bisnis otomotif, persaingan yang semakin ketat dari kompetitor dan
kenaikan upah telah menggerus keuntungan.
Sementara divisi alat berat dan pertambangan
mengalami penurunan 26 persen. Pelemahan
harga CPO, dan bisnis batu bara yang tak kunjung membaik menggerus bisnis Astra.
Prijono mengungkapkan, dalam jangka
pendek keuntungan Astra akan dipengaruhi
oleh kenaikan biaya tenaga kerja, melemahnya
harga komoditas, persaingan di industri otomotif. Tekanan bisnis kepada Astra ini sebagaimana terlihat, telah ikut memperburuk kinerja IHSG
pada awal-awal kuartal ketiga ini.
emiten yang mayoritas sahamnya dikuasai
aing ini menggurita. Seperti pendahulunya,
s
para pemimpin Astra tidak ragu untuk terus berekspansi pada sektor-sektor ekonomi strategis.
Kini Astra yang dipimpin oleh Prijono Sugiarto
memiliki enam divisi bisnis, yaitu otomotif, alat
berat, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik,
dan teknologi informasi.
Penerus Michael D Ruslim ini didaulat membawa misi Astra untuk melakukan keseimbangan bisnis, agar tidak tergantung pada satu lini
bisnis atau otomotif. Setelah diangkat pada
Mei 2010 lalu, ia dapat mewujudkan tahun lalu.
“Untuk divisi otomotif sekarang 50 persen,
yang non-otomotif juga 50 persen. Kami menginginkan adanya keseimbangan antara divisi
tersebut,” kata Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk, Prijono Sugiarto, seusai perayaan
ulang tahun ke-55 Astra pada 2012 silam.
Kondisi itu jauh berbeda dari 10 tahun lalu,
saat itu pendapatan dari non-automotif hanya
20 persen. ”Tentunya kami ingin agar semua unit
usaha yang kami kembangkan memberikan sumbangan positif bagi pertumbuhan perseroan,”kata
Prijono. Untuk menjaga pangsa pasar seimbang,
Prijanto berencana mengembangkan bisnis infrastruktur dan power plan dalam rangka mewujudkan keseimbangan kinerja perseroan. ”Kami siap
ekspansi ke sejumlah sektor infrastruktur seperti
toll road juga power plan,”tutur dia..
Dari enam divisi bisnis yang menjadi tanggungjawab Prijono, lima diantaranya bercokol
sudah go public dan listing di Bursa Efek Indonesia. Yaitu, Astra Otoparts Tbk (AUTO) dibidang
otomotif, Bank Permata Tbk (BNLI) di bidang
jasa keuangan, United Tractors Tbk (UNTR) dibidang alat berat, Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
di bidang perkebunan, dan Astra Graphia Tbk
(ASGR) dibidang teknologi informasi. KesePIALANG INDONESIA
41
EDISI 12 AGUSTUS 2013