PARAS - March 2016 Edition electronic trial version | Page 23

Kejujuran Sang Pencetak Uang

Kejujuran tak bisa ditawar lagi .” Kalimat itulah yang terlontar dari Lucky Fathul Aziz Hadibrata , Komisaris Bank BTN , ketika ditanya prinsip hidupnya . Berbekal kejujuran , karier sarjana peternakan Universitas Padjajaran ini terus melejit di dunia perbankan .
“ Saya masih harus terus belajar banyakbanyak selama enam bulan menjadi komisaris di Bank BTN ini ,” begitu kalimat pertama Lucky , panggilan akrabnya , saat ditemui PARAS , di ruangannya , Lantai 20 , Gedung Bank BTN , Jakarta Pusat , pada Selasa ( 12 / 1 / 2016 ).
Menurut Lucky , masalah pembiayaan perumahan yang menjadi core bisnis Bank BTN sangat menarik . “ Bagi saya , betulbetul menjadi pembelajaran yang menarik . Karena soal perumahan ini dari sisi demand tak akan pernah berhenti sampai kapan pun , sementara dari sisi supply sendiri ada keterbatasan ,” ujar penyandang gelar MA dari Boston University ini .
Apalagi saat ini , konsep Bank BTN sudah supply change bussines process . “ Itu menarik . Nantinya mulai dari hulu sampai ke hilir , ada proses bisnis yang Bank BTN lakukan ,” katanya .
Lucky mulai menjadi Komisaris Bank BTN melalui Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ), pada 24 Maret 2015 . Dan mulai dinyatakan efektif oleh Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ), per 27 Juli 2015 .
Pembicara di Perlemen Rusia
Perjalanan karier Lucky di dunia perbankan memang melejit . Setelah malangmelintang di Bank Indonesia ( BI ) sejak tahun 1982 , pada Desember 2012 ditugaskan untuk ikut merintis berdirinya OJK .
Penugasan di OJK sangat berkesan baginya . “ Bayangkan , merintis organisasi dari tidak ada menjadi ada . Apalagi menggabungkan budaya yang beda , mulai dari Kementerian Keuangan , Bapepam LK dan BI ,” ujar Lucky yang sempat menjabat Deputi Komisioner Manajemen Strategis OJK .
Dan kini , Lucky boleh bernafas lega melihat OJK yang dibidaninya tumbuh menjadi lembaga yang kredibel . “ Sekarang ini , hampir semua orang tahu , apa itu OJK ,” ujarnya .
Perjalanan karier di BI juga tak kalah mengilap . Lucky mulai memegang posisi penting , saat dipercaya menjabat Direktur Direktorat Pengedaran Uang , sejak Juli 2004 hingga Desember 2005 . Sebelumnya , sejak 2001 , dia sudah menjabat deputi direktur di direktorat yang juga bertugas mencetak rupiah tersebut .
Setelah itu , ditugaskan menjadi Kepala Perwakilan BI di New York , Amerika Serikat , sejak 2007 hingga 2010 . Saat ditarik kembali ke Indonesia pada Oktober 2010 , dipercaya menjadi Kepala Perwakilan bank Indonesia Wilayah VI yang berpusat di Bandung . Selanjutnya pada Desember 2012 , Lucky ditugaskan oleh BI untuk ikut mempersiapkan kelahiran OJK .
Bagi Lucky , pengalaman paling berkesan selama di BI , tak lain saat bertugas di Direktorat Pengedaran Uang . Bagaimana tidak , saat itu , dia sempat diundang ke Rusia untuk menjadi pembicara di depan anggota parlemen , di Gedung Parlemen Duma . Materi yang dibawakan “ The Experience of Indonesia in using Polymer Banknotes ” atau pengalaman Indonesia menggunakan uang dari plastik polimer .
Pada awalnya , Lucky kaget menerima undangan dari Kementerian Keuangan Rusia yang memintanya untuk menjadi pembicara di depan parlemen Rusia tersebut . “ Mengapa harus saya ? Kan BI punya banyak ahli untuk bicara soal uang plastik ,” katanya .
Dia sempat mengusulkan nama lain penggantinya kepada Kementerian Keuangan Rusia , namun ditolak . Lucky pun akhirnya berangkat ke Rusia .
Sesampai di Duma , tahulah Lucky bahwa sosok pengundangnya tak lain , Vladimir , sahabatnya yang merupakan agen pemasok kertas uang dari Goznak , perusahaan kertas uang milik pemerintah Rusia . “ Apa kabar Lucky ? Saya maunya hanya Anda yang bicara pada parlemen
kami ,” kata Vladimir saat itu .
Lucky pun kemudian berbicara mengenai uang dari bahan polimer atau plastik yang pernah dipergunakan Indonesia untuk pecahan Rp 100 ribu , pada tahun 1999 . Saat itu , persoalan yang dihadapi Indonesia , tak lain soal bahan baku polimer yang hanya bisa dicetak oleh Note Printing Australia , anak usaha Reserve Bank of Australia .
Pada intinya , Lucky mengatakan bahwa uang dari bahan polimer lebih rentan terhadap pemalsuan jika dibandingkan menggunakan bahan baku kertas . Maklum , jika menggunakan bahan kertas , bisa dicantumkan benang pengaman dengan ramuan zat-zat kimia tertentu yang tak mudah dipalsu .
Belakangan setelah kembali ke Tanah Air , tahulah Lucky bahwa materi pembicaraannya soal uang plastik , ternyata menjadi pijakan bagi parlemen Rusia untuk menolak tawaran pihak Australia untuk mencetak rubel dalam bentuk polimer .
Apalagi kemudian , PM Australia John Howard sempat menelepon Presiden Megawati untuk menanyakan , siapa pejabat bank di Indonesia yang telah mempengaruhi parlemen Rusia sehingga menolak mencetak rubel dalam bentuk polimer . “ Hahaha ...., saya tidak tahu bahwa materi yang saya bawakan berdampak sejauh itu ,” kata Lucky .
Kini , Lucky telah siap mendukung Bank BTN agar sukses meraih visinya menjadi bank terdepan dalam hal pembiayaan perumahan . Berbekal kejujuran yang selalu dipegang teguh , dia optimis untuk itu . •
Paras 23
EDISI MARET 2016