Hal itu hal yang paling menyedih-
kan karena Tania harus pergi saat
kami sudah menganggap masing-
masing adalah saudara. Hal itu mem-
buatku menangis, mengurung diri
bahkan menjadi malas makan. Tetapi
aku ingat akan janji Tania “Kita pasti
akan bertemu lagi walau tidak tahu
kapan, aku berjanji!” Begitulah janji
Tania padaku. Dengan janji itu aku
mulai semangat lagi.
Hari-hari kulalui, akan tetapi
janji Tania selalu kuingat di kepala ini.
Sembilan tahun kemudian.
Andriana sudah masuk universitas,
tetapi ia tidak pernah melupakan
janji temannya, yaitu Tania. Ia terus
mencari di mana keberadaan teman-
nya itu.
Pagi itu Riri sedang terburu-
buru dikarenakan terlambat bangun
dan ada jam kelas pagi, Riri berlari
dan berlari. Tiba-tiba ia menabrak
seseorang hingga semua buku yang
dibawanya jatuh berserakan. Riri
memunguti bukunya sambil berkata
“Ati-ati, dong, kalo jalan!” dengan
nada kesal Riri berlari lagi menuju
kelasnya.
Setelah usai kelasnya Riri pergi
ke kantin. Yang membuat kepalanya
panas adalah di kantin Riri bertemu
dengan orang yang menabraknya
tadi. Riri menghampiri orang yang
menabraknya tadi dan berkata “Hai,
kalau udah nabrak orang minta maaf
dong!
Orang yang menabrak
menyahuti “Kan kamu yang salah,
kenapa lari-lari, tapi kalau aku yang
salah, aku minta maaf ya!” sambil
tersenyum. “Iya sih, aku yang salah,
sory, ya!”
“Oh ya, nama kamu siapa?’”
balasku. Namaku Tania, pindahan dari
Jepang“ katanya. Aku kaget setengah
mati karena namanya sama dengan
Tania temanku dan juga pindahan
dari Jepang. Lalu aku bertanya,
”kamu lagi mencari seseorang?”
“Ya, Ia bernama Adriana Sakon,
sering dipanggil Riri, itu teman
sejatiku. Aku akan terus mencarinya
karena aku sudah pernah berjanji
padanya, kita pasti bertemu lagi!”
Balasnya dengan semangat.” Well,
kamu tidak usah mencari sahabatmu
tadi, karena ia sudah berada di de-
pan matamu, Tania!” serunya sambil
terharu. “Riri, itukah kamu? Kamu
yang kucari selama 9 tahun ini?”
balasnya. ”Ya! Aku juga men-
carimu!” Mereka berdua lalu ber-
pelukan. Perasaan mereka bahagia,
senang, terharu menjadi satu. Dalam
kegembiraan itu di hatinya berkata,
”Tuhan terima kasih telah Kau per-
temukan sahabat sejatiku.” Mereka
menghabiskan waktunya berdua saja
pada hari itu.
Bukan hanya hari itu saja,
mulai hari ini dan sampai seterus-
nya. ”Kita tidak akan terpisah lagi,
kan?” tanyaku. “Tidak, tidak akan!!”
balas Tania. Setelah hari itu, mereka
berdua selalu bersama-sama sampai
kapan pun. Salam !!
Anastasya Mailisa/6D
Tapi seperti hal itu tak akan terjadi
lagi, papa dari Tania dipindah tugas-
kan ke Jepang .
Notre Dame | April-Juni 2017
43