ND Magazine NDMag-18 | Page 43

Hal itu hal yang paling menyedih- kan karena Tania harus pergi saat kami sudah menganggap masing- masing adalah saudara. Hal itu mem- buatku menangis, mengurung diri bahkan menjadi malas makan. Tetapi aku ingat akan janji Tania “Kita pasti akan bertemu lagi walau tidak tahu kapan, aku berjanji!” Begitulah janji Tania padaku. Dengan janji itu aku mulai semangat lagi. Hari-hari kulalui, akan tetapi janji Tania selalu kuingat di kepala ini. Sembilan tahun kemudian. Andriana sudah masuk universitas, tetapi ia tidak pernah melupakan janji temannya, yaitu Tania. Ia terus mencari di mana keberadaan teman- nya itu. Pagi itu Riri sedang terburu- buru dikarenakan terlambat bangun dan ada jam kelas pagi, Riri berlari dan berlari. Tiba-tiba ia menabrak seseorang hingga semua buku yang dibawanya jatuh berserakan. Riri memunguti bukunya sambil berkata “Ati-ati, dong, kalo jalan!” dengan nada kesal Riri berlari lagi menuju kelasnya. Setelah usai kelasnya Riri pergi ke kantin. Yang membuat kepalanya panas adalah di kantin Riri bertemu dengan orang yang menabraknya tadi. Riri menghampiri orang yang menabraknya tadi dan berkata “Hai, kalau udah nabrak orang minta maaf dong! Orang yang menabrak menyahuti “Kan kamu yang salah, kenapa lari-lari, tapi kalau aku yang salah, aku minta maaf ya!” sambil tersenyum. “Iya sih, aku yang salah, sory, ya!” “Oh ya, nama kamu siapa?’” balasku. Namaku Tania, pindahan dari Jepang“ katanya. Aku kaget setengah mati karena namanya sama dengan Tania temanku dan juga pindahan dari Jepang. Lalu aku bertanya, ”kamu lagi mencari seseorang?” “Ya, Ia bernama Adriana Sakon, sering dipanggil Riri, itu teman sejatiku. Aku akan terus mencarinya karena aku sudah pernah berjanji padanya, kita pasti bertemu lagi!” Balasnya dengan semangat.” Well, kamu tidak usah mencari sahabatmu tadi, karena ia sudah berada di de- pan matamu, Tania!” serunya sambil terharu. “Riri, itukah kamu? Kamu yang kucari selama 9 tahun ini?” balasnya. ”Ya! Aku juga men- carimu!” Mereka berdua lalu ber- pelukan. Perasaan mereka bahagia, senang, terharu menjadi satu. Dalam kegembiraan itu di hatinya berkata, ”Tuhan terima kasih telah Kau per- temukan sahabat sejatiku.” Mereka menghabiskan waktunya berdua saja pada hari itu. Bukan hanya hari itu saja, mulai hari ini dan sampai seterus- nya. ”Kita tidak akan terpisah lagi, kan?” tanyaku. “Tidak, tidak akan!!” balas Tania. Setelah hari itu, mereka berdua selalu bersama-sama sampai kapan pun. Salam !! Anastasya Mailisa/6D Tapi seperti hal itu tak akan terjadi lagi, papa dari Tania dipindah tugas- kan ke Jepang . Notre Dame | April-Juni 2017 43