ND Magazine 17 NDMag-17 | Page 9

Tentunya masalah perbedaan terjadi di semua negara. Hal sependapat dilontarkan oleh Romo Benny. “Ya, kalau masalah serupa sih, memang terjadi di semua negara. Tetapi, semua negara pasti mempunyai kebija- kan yang berbeda. Maka di semua negara, contohnya Amerika, orang negro telah didiskriminasi- kan oleh orang kulit putih. Tetapi, orang negro tidak tinggal diam. Mereka tetap memperjuangkan persamaan hak hukum, dan sampai sekarang permasalahan itu masih kerap terjadi. Di Afrika Selatan, masalah itu telah selesai. Karena hukuman yang keras, maka semakin hari masalah diskriminasi itu semakin kecil. Maka sebenarnya praktik per- bedaan itu di semua negara ada, tetapi karena kebijakan dan politiknya non-diskriminatif, maka permasalahan itu jarang terjadi. Jadi harusnya negara Indonesia sama, regulasinya harus jelas, bahwa masyarakat Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama, yang mempunyai hak tidak dibedakan,” jelasnya. Jadi menurutnya, praktik masalah perbedaan kerap terjadi di semua negara, tetapi adanya perbedaan regulasi yang jelas dan tegas. Menurut Romo Benny, ia cukup optimis dengan kebhinnekaan dalam lima atau sepuluh tahun ke depan. “Saya optimis, bahwa kebhinneka tunggal ikaan itu tidak mungkin tercerai, karena sejak dulu nenek moyang kita sudah memiliki kebiasaan hidup berdampingan. Sejak lahir, sebab warna kulit kita sudah tercampur. Tidak ada istilahnya orang Indonesia asli. Nenek moyang orang Indonesia sabar, penuh perhatian, dan prinsipnya non diskriminasi.” saran dari Romo Benny. sendiri juga asalnya dari Yunan, China. Jadi, kebhinnekaan tidak mungkin lenyap dari Indonesia. Ini sudah merupakan darah dagingnya. Namun, negara harus menjaga dan merawat,serta tegas terhadap kelompok-kelompok intoleran, dan ideologi-ideologi pancasila harus tetap kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari,” tutur Romo Benny dengan santai. Pesan Romo Benny kepada guru dan para murid di sekolah, agar Bhinneka Tunggal Ika dapat dipromosikan dan supaya meng- hormati satu sama lain adalah guru harus memberi contoh yang baik. “Guru memiliki tanggung jawab moral, yaitu mengajarkan tentang nilai-nilai menjadi orang Indonesia. Kalau pancasila di- artikan dengan cara berpikir, bertindak, bernalar, bahwa orang yang mencintai kemanusiaan itu mencintai Tuhannya. Orang yang mencintai Tuhannya Itu tidak boleh membeda-bedakan orang secara suku, agama, ras, dan identitas. Maka guru harus bijaksana dan menjadi contoh yang terbuka. Guru harus lembut, tidak membeda-bedakan, tetapi dia harus merangkul semuanya. Maka mengamalkan pancasila menjadi penting, karena di situ muncul rasa kebhinnekaan. Maka pendidik harus menjadikan pancasila suatu kebiasaan pola relasinya dengan murid-muridnya. Harapan Romo Benny terhadap pancasila dan generasi muda untuk kedepannya, adalah semoga generasi muda semakin cinta pada negara dan bangsanya. “Semoga generasi muda menjadi anak yang kreatif, inovatif, dan tidak mudah menyerah. Maka cintailah Indonesia dengan cara mencintai keseniannya, budayanya, dan pancasila itu dalam hidupmu. Maka jika pancasila di- jadikan dasar dalam hidup, maka kita akan mencintai Indonesia. Dan jadilah generasi muda yang pekerja keras, inovatif, dan mencintai pancasila. Janganlah menjadi generasi muda yang mudah menyerah, tetapi generasi mudah yang selalu berjuang, dan tidak takut melangkah untuk kepentingan masyarakat yang adil dan makmur,” tutup lulusan Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang tahun 1996 ini. Cornellia Stefany W./8A Felicia Zein C./8A Isabella Kimberly C./8A Notre Dame | Januari-Maret 2017 9